"Hal ini akan memungkinkan equal footing (kesempatan yang sama) bagi seluruh pihak, serta didasarkan pada parameter internasional yang disepakati," ungkap Faizasyah melanjutkan.
Kesepakatan Uni Emirat Arab dan Bahrain untuk menjalin hubungan formal dengan Israel ditandatangani di Gedung Putih, Amerika Serikat, pada Selasa, 15 September lalu.
Baca Juga: Longgarkan Aturan Larangan WNI Masuk, Menhan Malaysia: Ada Beberapa Kategori yang Boleh Masuk
Hal tersebut pun mendapatkan kecaman dari rakyat Palestina yang menggelar aksi protes atas keputusan yang diambil dua negara tersebut.
Kesepakatan itu menjadikan Uni Emirat Arab dan Bahrain sebagai negara-negara Arab ketiga dan keempat yang mengambil langkah normalisasi hubungan sejak Israel menandatangani perjanjian damai dengan Mesir pada tahun 1979 dan dengan Yordania pada tahun 1994.
Sebagai tanda bahwa pertikaian kawasan pasti berlanjut ketika konflik Israel-Palestina tetap tak terpecahkan, para milisi Palestina pun menembakkan roket-roket dari Gaza ke arah Israel selama upacara penandatanganan.
Baca Juga: Kanye West Gegerkan Publik Usai Unggah Video Kencingi Salah Satu Piala Grammy Awards Miliknya
Hal tersebut dikatakan militer Israel seperti dilaporkan Reuters.
Para pejabat Uni Emirat Arab dan Bahrain berusaha meyakinkan kembali Palestina, bahwa keduanya tidak sedang meninggalkan rakyat Palestina dan perjuangan mereka mendirikan negara di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Namun, para pemimpin Palestina mengecam kesepakatan yang dianggap sebagai pengkhianatan terhadap isu Palestina tersebut.