Separuh Warga Nagorno-Karabakh Mengungsi Akibat Perang Armenia-Azerbaijan

- 8 Oktober 2020, 13:50 WIB
Perang terjadi antara Armenia dan Azerbaijan di daerah Nagorno Karabakh.***
Perang terjadi antara Armenia dan Azerbaijan di daerah Nagorno Karabakh.*** /Daily Express

PR BEKASI – Bentrokan antara pasukan Armenia dan Azerbaijan telah membuat setengah dari populasi di wilayah Nagorno-Karabakh mengungsi, menurut Ombudsman Hak Karabakh, saat mediator internasional akan mengadakan pertemuan pertama mereka di Jenewa.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mendesak diakhirinya pertempuran dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah, Rabu, 7 Oktober 2020 ketika serangan baru menghantam kota utama Karabakh, Stepanakert

"Jika konflik berkepanjangan atas wilayah separatis bermayoritas etnis Armenia tersebut tidak dapat diselesaikan, gencatan senjata harus disepakati secepat mungkin," kata Vladimir Putin.

Baca Juga: Rentetan Penembakan di Intan Jaya Papua Terus Terjadi, Aggota DPR: Harus Ada Solusi Kongkrit

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian, Armenia mengatakan pertempuran itu berkecamuk di sepanjang garis perbatasan antara kedua negara.

Beberapa jam kemudian, Azerbaijan mengatakan Menteri Luar Negerinya, Jeyhun Bayramov akan mengunjungi Jenewa pada Kamis, 8 Oktober 2020 untuk bertemu dengan para pemimpin Grup Minsk, yang diketuai bersama oleh para diplomat dari Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat.

Konflik yang berlangsung sejak runtuhnya Uni Soviet tersebut meletus lagi pada tanggal 27 September, dengan Azerbaijan bersikeras bahwa wilayah Nagorno-Karabakh harus kembali ke kendalinya.

Baca Juga: Masalah Kejiwaan Meningkat Selama Pandemi, Jabar Luncurkan Program KJOL

"Pertempuran telah berlangsung sepanjang hari sepanjang perbatasan dan terus berlanjut saat ini, dengan pertempuran paling sengit berda di wilayah selatan Karabakh," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Armenia, Artsrun Hovhannisyan.

Serangan berkala yang dilancarkan pasukan Azerbaijan telah mengubah Stepanakert menjadi kota hantu yang dipenuhi amunisi yang belum meledak serta menimbulkan kawah bekas ledakan artileri.

Sebanyak 50.000 populasi Stepanakert telah mengungsi ke tempat yang lebih aman, sedangkan sisanya tetap bertahan dengan berlindung di ruang bawah tanah.

Baca Juga: Peringkat Ketiga Terbesar di Dunia, Menperin: Kakao Sumbang Devisa 549 Juta Dolar AS

"Menurut perkiraan awal kami, sekitar 50 persen populasi Karabakh, dan 90 persen wanita dan anak-anak, atau sekitar 70.000-75.000 orang telah mengungsi," kata Ombudsman Hak Karabakh, Artak Beglaryan.

Azerbaijan menuduh pasukan Armenia menembaki warga sipil di daerah perkotaan, termasuk kota terbesar kedua di negara tersebut, Ganja.

Lusinan warga sipil telah dipastikan tewas dalam pertempuran itu dan pihak Armenia telah mengakui lebih dari 300 kematian militer, sementara Azerbaijan belum mengakui adanya korban jiwa di antara pasukannya.

Baca Juga: Pecahkan Rekor, MV Terbaru BLACKPINK Lovesick Girls Capai 100 Juta Viewers

Jaksa Azerbaijan mengatakan 427 tempat tinggal yang dihuni sekitar 1.200 orang telah hancur dalam pertempuran tersebut..

Armenia mengesampingkan Menteri Luar Negerinya, Zohrab Mnatsakanyan untuk bertemu dengan mitranya dari Azerbaijan di Jenewa.

Pihak Armenia mengatakan tidak mungkin untuk mengadakan negosiasi dengan satu tangan dan melanjutkan operasi militer dengan tangan lainnya.

Baca Juga: Tanggapi Disahkannya UU Ciptaker, dr. Tirta: Apa Urgensi Omnibus Sampai Disahkan di Tengah Pandemi?

Rusia mengumumkan Menteri Pertahanannya, Sergei Shoigu telah mengadakan pembicaraan dengan rekan-rekannya dari Armenia dan Azerbaijan pada Rabu malam, tanpa memberikan rincian.

Konflik telah menarik kekuatan regional, dengan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian memperingatkan bahwa dukungan Turki terhadap Azerbaijan berisiko memicu konflik yang lebih besar

Le Drian, berbicara di depan parlemen Prancis, menuduh Azerbaijan yang memulai konflik saat ini dan meratapi sejumlah besar korban sipil demi kemajuan yang sedikit di lapangan.

Baca Juga: Pasca Ricuh Demonstrasi UU Sapu Jagat, Kampus Unpas dan Unsiba Ditembak Gas Air Mata

Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan dalam perang di awal 1990-an yang merenggut nyawa sekitar 30.000 orang.

140.000 penduduk wilayah itu sekarang hampir secara eksklusif adalah etnis Armenia setelah etnis Azerbaijan pergi ke wilayah asalnya selama perang.

Namun, komunitas internasional menganggapnya sebagai bagian dari Azerbaijan, hanya Armenia sendiri yang mengakui kemerdekaannya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah