Berbeda Pilihan Politik, Para Lajang di Amerika Serikat Enggan untuk Pacaran

- 8 Oktober 2020, 14:12 WIB
Ilustrasi pasangan.
Ilustrasi pasangan. /Pexels/tirachard-kumtanom/

Sebagian besar dari mereka, yakni sebanyak 86 persen, beranggapan bahwa sulit untuk berkencan dengan orang dengan pilihan politik yang berlainan.

Di sisi lain, besarnya angka tersebut membuat khawatir para ahli.

Baca Juga: Pro Kontra Omnibus Law, Airlangga: UU Ciptaker Mempermudah UMKM dan Membuka Lapangan Kerja

Helen Fisher, seorang antropolog biologi dan konsultan aplikasi Match, mengatakan bahwa besarnya peningkatan ini berarti orang-orang mengabaikan dorongan primordial mereka untuk bereproduksi.

"Menemukan pasangan reproduksi adalah hal terpenting yang kami lakukan dalam hidup kami. Orang yang sedang jatuh cinta biasanya mau mengabaikan apapun," kata Fisher.

Problem ini juga mendapat perhatian Bradford Wilcox, profesor sosiologi dan direktur Proyek Pernikahan di Universitas Virginia. Menurutnya, kriteria pasangan dengan pilihan politik yang sama lebih dari sekadar selera pribadi belaka.

Baca Juga: Gara-gara Kentut di Masjid Saat Bulan Ramadan, Pria Ini Dijatuhi Hukuman Mati oleh Hakim

"Kami tahu bahwa pernikahan adalah salah satu penanda kunci solidaritas sosial. Munculnya polarisasi dalam penanggalan berarti kita sedang menuju ke arah balkanisasi yang lebih besar," ujar dia.

Namun, beberapa orang melihat problem ini sebagai bagian dari tren jangka panjang. Philip Cohen, seorang profesor sosiologi di University of Maryland, College Park, tidak heran jika orang mencari kesamaan politik dalam hubungan intim mereka.

"Tren jangka panjang adalah langkah bahtera pernikahan yang memuaskan secara emosional serta seksual dan finansial." tuturnya.***

Halaman:

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah