Sepakat Damai dengan Armenia, Masjid Azerbaijan Serukan Azan Lagi Setelah 3 Dekade Tak Terdengar

- 14 November 2020, 12:15 WIB
Masjid di Susha, wilayah Nagorno-Karabakh, Azerbaijan.
Masjid di Susha, wilayah Nagorno-Karabakh, Azerbaijan. /Anadolu Agency/

PR BEKASI – Genjatan senjata dan kesepakatan damai antara Armenia dengan Azerbaijan telah disetujui oleh kedua negara tersebut pada Selasa, 10 November 2020.

Keduanya telah menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju solusi yang lebih luas.

Dengan adanya keputusan ini, pemimpin Turki menyambut baik gencatan senjata tersebut dan menyatakan bahwa jika itu sebagai kemenangan besar bagi Azerbaijan.

Baca Juga: Limah Medis Ancam Lingkungan, KLHK Sebut Peningkatan Capai 30-50 Persen

Setelah Azerbaijan terbebas dari penduduk Armenia, masjid-masjid di kota simbolis wilayah Nagorno-Karabakh, Shusha, menyerukan kepada umat muslim lokal untuk melakukan salat Jumat mingguan.

Panggilan untuk salat, yang biasa dikenal dengan azan itu, mulai bergema di Shusha untuk pertama kalinya dalam hampir tiga dekade terakhir.

Terdengar azan dari Masjid Yukhari Govhar Agha yang bersejarah di wilayah itu, sontak membuat tentara Azerbaijan berkumpul di gedung untuk melakukan salat.

Baca Juga: BMKG Prediksi Adanya Cuaca Ekstrem yang Sebabkan Bencana Alam, Polri Siapkan Operasi Tanggap Bencana

Sebelumnya, bentrokan mulai terjadi kembali pada 27 September 2020, tetapi pada 8 November 2020, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengumumkan bahwa Shusha telah dibebaskan dari pendudukan Armenia.

"Setelah 28 tahun, azan akan terdengar di Shusha," kata Aliyev, mengenakan seragam militer, dalam pidatonya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Anadolu Agency pada Sabtu, 14 November 2020.

Menoleh ke belakang, wilayah Shusha, diduduki oleh pasukan Armenia mulai pada 8 Mei 1992, adalah kota strategis penting di wilayah Karabakh Atas, dan juga dikenal sebagai Nagorno-Karabakh, yang merupakan wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional. Terletak di jalan menuju Khankendi, kota terbesar di kawasan itu.

Baca Juga: Hidayat Nur Wahid Minta DPR dan Pemerintah Pusat Contoh Papua terkait Perda Minuman Beralkohol

Ketika bentrokan terjadi, tentara Armenia melanjutkan serangannya terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan.

Perdana Menteri Armenia Nikol Vovayi Pashinyan menjelaskan bahwa Armenia sengaja menyerang permukiman sipil di Azerbaijan dengan bom cluster yang dilarang dan melakukan kejahatan perang untuk menciptakan kekacauan di antara masyarakat.

Hal itu dianggap telah melanggar perjanjian gencatan senjata kemanusiaan selama 44 hari.

Baca Juga: Per 1 Januari 2021, Pemerintah Akan Hentikan Penjualan BBM Jenis Premium di Jawa, Madura, dan Bali

Sebelum perang Karabakh kedua, sekitar 20 persen wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan ilegal Armenia selama hampir tiga dekade.

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, memuji perjanjian itu sebagai kemenangan untuk negaranya dan kekalahan Armenia.

Sementara itu, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan dia telah menandatangani kesepakatan "menyakitkan yang tak terkatakan" yang memungkinkan Azerbaijan mengklaim kendali atas wilayah-wilayah yang direbutnya kembali dalam pertempuran itu.

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Anadolu Agency


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah