Soal Kerumunan di NTT, Ujang Komarudin: Yang Jadi Masalah Ketika Jokowi Melambaikan Tangan dan Bagikan Suvenir

26 Februari 2021, 11:18 WIB
Pengamat Politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin. /ANTARA/ANTARA

PR BEKASI - Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin turut memberikan tanggapan terkait kerumunan massa yang menyambut kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kota Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ujang Komarudin secara tegas menyebut bahwa peristiwa tersebut sudah melanggar protokol kesehatan, dan seharusnya Jokowi sudah bisa memprediksi hal itu.

Meski demikian, Ujang Komarudin tak keberatan jika pihak Istana menyebut kerumunan massa itu terjadi karena adanya euforia masyarakat yang ingin bertemu Jokowi.

Baca Juga: Bela Jokowi Soal Kerumunan Massa di NTT, Irma Suryani: Itu Tak Disengaja dan Tak Direncanakan

Baca Juga: SBY Tegas Sebut Namanya Aktor di Balik GPK-PD, Moeldoko: Jangan Menekan Saya!

Baca Juga: Soal Surat Edaran Kapolri, Said Didu: Ini Menunjukkan Bahwa UU ITE Bebas Ditafsirkan oleh Penegak Hukum

Hal itu disampaikan Ujang Komarudin saat menjadi narasumber di acara "Dua Sisi" bertajuk "Ketika Presiden Jokowi Disambut Kerumunan" pada Kamis, 25 Februari 2021.

"Pak Presiden tentu punya instrumen yang tinggi dan besar untuk mendeteksi kerumunan itu. Jadi kalau kerumunan itu dijawab oleh pihak Istana, itu euforia masyarakat di sana, itu oke," kata Ujang Komarudin, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube tvOneNews, Jumat, 26 Februari 2021.

Namun menurutnya, yang menjadi masalah adalah ketika Jokowi memutuskan keluar dari atap mobil, lalu melambaikan tangan ke masyarakat, dan kemudian diikuti aksi bagi-bagi suvenir.

Baca Juga: Aksi Jokowi Bagi-bagi Suvenir Jadi Polemik, dr. Tirta: Itu Kan Dalam Rangka Membubarkan Kerumunan

"Tapi persoalannya adalah ketika berkerumun, lalu Pak Jokowi melambaikan tangannya. Itu menandakan akan memanggil kerumunan. Lalu Pak Jokowi membagikan suvenir. Itu juga semakin merekatkan kerumunan," ujar Ujang Komarudin.

Melihat hal itu, Ujang Komarudin pun lantas mempertanyakan apa bedanya kerumunan massa yang disebabkan oleh Jokowi dengan kerumunan massa yang disebabkan oleh Habib Rizieq Shihab (HRS).

"Oleh karena itu, kita anak bangsa menyakini bahwa hal itu melanggar protokol kesehatan. Masyarakat pun bertanya-tanya apa bedanya dengan Habib Rizieq, ketika dia ada kerumunan lalu didenda. Akhirnya publik pun mengatakan bagaimana apakah bisa mendenda Pak Jokowi," tutur Ujang Komarudin.

Baca Juga: SBY 'Turun Gunung' Atasi Isu Kudeta, Ali Ngabalin: Sama Sekali Tak Ada Pengaruhnya Bagi Presiden Jokowi

Menurutnya, seandainya Jokowi tidak melambaikan tangan dan tak mebagi-bagikan suvenir, maka kerumuan massa bisa segera diatasi dan Jokowi tidak akan dikritik terkait masalah tersebut.

"Kalau Istana selalu membantah ini bukan kerumunan, tidak disengaja, bagi saya ini kerumunan. Berbeda kalau Pak Jokowi tidak memberikan barang pada masyarakat. Itu bisa juga menghindari kerumunan itu," ujar Ujang Komarudin.

Apalagi menurutnya, euforia masyarakat yang ingin menyambut Jokowi itu menyebabkan adanya pelanggaran protokol kesehatan, yang semakin diperparah dengan tindakan Jokowi.

Baca Juga: Jokowi Disambut Kerumunan Disebut Spontanitas, Saleh Daulay: Tapi Kok Ada Bagi-bagi Suvenir?

"Euforia publik, euforia masyarakat kepada pemimpinnya itu harus diakui. Tapi persoalannya ketika protokol kesehatan dilanggar, di situ tidak ada jaga jarak, tidak menggunakan masker, dan Pak Jokowi membagikan barang yang merekatkan kerumuan. Itu yang jadi persoalan," tutur Ujang Komarudin.***

Editor: Rika Fitrisa

Sumber: YouTube tvOneNews

Tags

Terkini

Terpopuler