Tanggapi Video Viral Terduga Teroris Mengaku FPI, Ridlwan Habib: Perlu Dipertanyakan Bagaimana Bisa Beredar?

8 April 2021, 11:23 WIB
Pakar terorisme UI Peneliti menanggapi dan mempertanyakan soal rekaman video viral terduga teroris yang mengaku anggota FPI bisa beredar. /Boyke Ledy Watra/ANTARA

PR BEKASI - Indonesia tengah menghadapi ancaman terorisme dan radikalisme saat ini.

Hal itu semakin mencuat setelah adanya ledakan bom bunuh diri di Gejera Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dan penyerangan di Markas Besar (Mabes) Polri pada beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, masyarakat juga dikejutkan dengan adanya rekaman video pengakuan terduga teroris yang viral di sosial media.

Baca Juga: Tegur Pernyataan Julian Jacob Soal PP Royalti Lagu, Anji: yang Seperti Ini Bisa Jadi Missleading, Bahaya

Hal tersebut kemudian mendapat tanggapan dari peneliti Terorisme Universitas Indonesia, Ridlwan Habib.

Ridlwan Habib menilai bahwa video pengakuan terduga teroris sebagai anggota FPI seharusnya tidak disebarkan ke publik.

Hal itu disampaikan dalam acara Mata Najwa yang diunggah ulang di kanal Youtube Najwa Shihab pada Kamis, 8 April 2021.

Sebuah video seorang terduga teroris asal Lamongan disebarkan dan menjadi viral di media sosial.

Baca Juga: Perempuan Dinilai Rentan Terpengaruh, Kemen PPPA Gandeng BNPT Petakkan Daerah Rawan Teroris

Baca Juga: Dibela Ahli Terorisme karena Sering Dikaitkan dengan ISIS, Munarman Malah Sindir Ridlwan Habib

Dalam video itu, terduga teroris tersebut mengaku pada tahun 2005 dirinya menjadi anggota organisasi sayap Front Pembela Islam (FPI).

Menanggapi video tersebut, Ridlwan Habib pun mempertanyakan bagaimana video itu bisa beredar di media sosial.

“Ya sebenarnya kan perlu dipertanyakan bagaimana video itu bisa beredar, video pengakuan yang Condet. Karena kan mereka ini dalam kendali Densus 88,” katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari kanal Youtube Najwa Shihab.

Ridlwan Habib menambahkan bahwa dirinya berharap dalam acara Mata Najwa tersebut turut hadir perwakilan dari Polri, sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul, "Viral Video Pengakuan Terduga Teroris, Peneliti: Mereka di dalam Kendali Densus 88, Kenapa Ada Video Itu?".

Baca Juga: Sang Istri Resmi Laporkan Hotma Sitompul ke Polisi atas Dugaan Pencemaran Nama Baik dan Fitnah

“Saya sih berharap sebenarnya ada perwakilan Polri di sini, karena dia yang bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada publik, mengapa video tersangka yang sedang dalam penanganan Densus 88 bisa viral di medsos. Untuk apa diviralkan? Kita juga bertanya,” katanya.

Menanggapi pernyataan itu, Najwa Shihab mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan undangan ke Mabes Polri.

Tetapi, belum ada yang bisa dikirimkan sebagai perwakilan untuk turut hadir di acara Mata Najwa.

“Itu pertanyaan besar, kenapa institusi sebesar Mabes Polri dengan perangkat humasnya yang sangat banyak tidak bisa mengirimkan perwakilan di acara mbak Nana, Untuk menjelaskan permasalahan yang sangat penting seperti ini,” ujar Ridlwan Habib.

Baca Juga: Ngamuk ke Najwa Shihab karena Ketahuan Hadir di Baiat ISIS Makassar, Munarman: Apakah Itu Kejahatan?

Selain itu, Najwa Shihab pun bertanya terkait pertanyaan besar yang ingin diajukan peneliti terorisme tersebut kepada pihak Mabes Polri.

“Pertama, kenapa harus ada video itu? Kedua, kenapa tersirkulasi ke publik di media sosial? Jadi apa motivasinya di situ? Apakah motivasinya untuk mengembangkan penyidikan?” ucap Ridlwan Habib.

Dia menjelaskan bahwa selama ini, penyidikan kasus terorisme yang pihaknya ikut selalu dilakukan secara tertutup.

“Dalam disiplin kontra teror, selama ini yang kami ikuti penyidikan itu selalu tertutup. Jadi kalau mau nangkap orang lain, yang data ini jangan keluar dulu supaya orang ini tidak siap-siap gitu loh,” kata Ridlwan Habib.

Dia pun memberikan contoh jika mantan Sekretaris Umum FPI, Munarman merupakan buronan yang akan ditangkap Densus 88.

“Kasarnya gini lah, misalnya nih, mohon maaf bang Munarman, mau nangkap bang Munarman, ya konyol kalau bikin tulisan FPI Munarman,” ucap Ridlwan Habib.

Menurutnya, pengungkapan informasi ke publik seperti yang dilakukan terduga teroris tersebut merupakan hal yang bertentangan.

“Ini bertentangan banget, justru kalau misalnya bang Munarman jadi TO, ya tidak ada kata-kata apa pun tentang Munarman, tahu-tahu bang Munarman ditangkap,” kata Ridlwan Habib.*** (Eka Alisa Putri/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler