Ngabalin Sebut Demonstran Sampah Demokrasi, Rocky: Saya Kagum pada Orang yang Hina Otaknya Sendiri

14 Oktober 2020, 18:41 WIB
Kolase Ali Mochtar Ngabalin (kiri) dan Rocky Gerung (kanan). /Instagram ngabalin. /Rachman Haryanto/ANTARA

PR BEKASI - Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menyebut masyarakat yang tetap menggelar aksi menolak Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja di tengah pandemi Covid-19 sebagai sampah demokrasi.

Melalui unggahan video di kanal YouTube Rocky Gerung Official, pengamat politik Indonesia, Rocky Gerung menanggapi perkataan yang Ali Mochtar Ngabalin sampaikan dalam satu artikel berita CNN Indonesia yang berjudul "Di Pagar Istana, Ngabalin Sebut Pendemo Sampah Demokrasi."

Lalu Rocky Gerung juga menyoroti kutipan berikut dalam artikel tersebut: 

Baca Juga: Temui Massa Aksi Tolak Omnibus Law di Medan: Edy Rahmayadi: Saya Tidak Akan Khianati Amanah

"Dalam masa pandemi, dia kirim orang untuk berdemonstrasi. Dimana logikanya coba. Jangan jadi sampah demokrasi di negeri ini," ujar Ngabalin. 

Rocky Gerung pun tertawa usai membaca kutipan tersebut, dan mengucapkan rasa kagumnya terhadap Ngabalin.

"Saya suka kagum, saya kagum pada kemampuan dokter Ngabalin untuk menghina otaknya sendiri," ucapnya.

Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat Hari Ini, Didorong oleh Aksi Korporasi Sejumlah BUMN

Menurutnya tidak akan ada demokrasi jika tidak diawali dengan demonstrasi.

"Justru di dalam sejarah demokrasi kita ingat satu pagi di tahun 1789 bulan juli, rakyat memutuskan untuk memenggal Raja Louis 14, itulah awal dari demokrasi," ucapnya.

Jadi dipenggalnya kepala Raja Louis itu, kata Rocky Gerung bertujuan untuk memperlihatkan bahwa demokrasi itu adalah milik mereka yang ada di luar pagar istana.

Baca Juga: Banyak Kasus Kekerasan Seksual Saat Demo Omnibus Law, Kompaks Tuntut RUU PKS Jadi Prolegnas DPR 2021

"Jadi yang di istana justru nonton bahwa ternyata kepala raja itu tidak sakral, itulah mulainya demokrasi sehingga ada slogan 'kebebasan, persaudaraan dan kesetaraan'," tuturnya.

Rocky Gerung mengungkapkan bahwa Ngabalin tidak pernah belajar sejarah, karena tidak mengerti apa itu demokrasi.

"Jadi ngabalin gak pernah belajar sejarah, bahwa demokrasi dimulai dari demonstrasi, ini soalnya nih, istana itu kan dulu simbol dari keangkuhan di dalam sejarah eropa, lalu terjadi perubahan dari yang biasa disebut 'dari kepala raja pergi kepada kepala rakyat' ," ucapnya.

Baca Juga: Satu Keluarga di Jawa Timur Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus, Polisi Jelaskan Kronologinya

"Karena itu kepala rakyatlah yang akhirnya menentukan arah politik, dari situ ada istilah demokrasi," ucapnya menambahkan

Rocky Gerung juga menjelaskan bahwa definisi dari demos itu artinya kepentingan rakyat.

"Nah yang lagi demo di jalan itu adalah rakyat yang sedang menuntut keadilan, kan itu poinnya," tuturnya.

Baca Juga: Polisi Sebut Bosan Belajar Jarak Jauh Jadi Alasan Pelajar Ikut Demo Tolak Omnibus Law

Menurutnya, tentu saja ada rakyat yang menganggap bahwa kebijakan dari pemerintah yang bersekongkol dengan DPR itu membatakalkan harapan hidup mereka.

"Bahwa rasa keadilan yang terusik buktinya ada dan seluruh Indonesia itu bergerak," ucapnya.

"Terus ada satu orang dari dalam pagar (ngabalin) menghina jutaan orang yang lagi bergerak, apa gak dungu orang di dalem pagar itu tuh, jadi dia buta sejarah dan buta konsep, itu intinya tuh," ucapnya menambahkan.

Baca Juga: Jimly Asshiddiqie Kritik Gubernur yang Surati Presiden, Denny Siregar: Gua Juga Gak Paham

Rocky Gerung juga menganggap bahwa Ngabalin selalu membuat kegaduhan yang membuat orang tertawa.

"Gak ada lagi yang mau nampilin ngabalin karena dianggap ngapain nimpukin si dungu itu," ucapnya

"Kan akhirnya publik tahu, ini dia gak ngerti sejarah, jadi udahlah saya anggap bahwa ngabalin itu gak usah diomelin diketawain aja, kenapa?, karena cara terhormat untuk menghargai badut dengan menertawakannya," kata Rocky Gerung.***

Editor: Puji Fauziah

Tags

Terkini

Terpopuler