Sayangkan Rocky Gerung yang Selalu Konflik dengan Jokowi, Fahri Hamzah Sampaikan Doa Terakhirnya

23 Oktober 2020, 09:09 WIB
Kolase foto Rocky Gerung (kiri) dan Fahri Hamzah (kanan). /Kolase YouTube dan Instagram @fahrihamzah

PR BEKASI - Masalah-masalah yang dihadapi merah putih seakan tak ada hentinya, mulai dari "Reformasi Dikorupsi" pada akhir tahun lalu, lanjut ke masalah pandemi Covid-19 yang dianggap sepele oleh sebagian masyarakat Indonesia, hingga yang terakhir Omnibus Law.

Tentu diperlukan transisi dan pemikiran-pemikiran yang matang untuk mengubah masalah-masalah yang sedang atau akan dihadapi di masa mendatang.

Sehubungan dengan hal tersebut melalui unggahan video di kanal YouTube Fadli Zon Official, Fahri Hamzah dan Fadli Zon mengutarakan pemikiran mereka yang siapa tau bisa menjadi bahan renungan untuk  masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Geram dengan Penangkapan Massa Aksi, Fadli Zon: Indonesia Bukan Negara Kepolisian!

Dalam dialog dua arah tersebut, menurut Fahri Hamzah, transisi di Indonesia memerlukan pikiran besar, dirinya pun mengakui sedang mengupayakan hal tersebut kepada lingkungan di sekitarnya.

"Indonesia memerlukan semacam banting setir dari absennya pikiran-pikiran besar setelah 20 tahun reformasi ini, pikiran besar itu harus dihadirkan kembali, jadi kita memerlukan semacam orang yang kayak Rocky Gerung dan teman-teman intelektual lainnya tuh," ucap Fahri Hamzah.

Fahri Hamzah menyayangkan Rocky Gerung yang belakangan ini selalu berbenturan dengan pemerintahan Indonesia.

"Daripada dia (Rocky) hari-hari berbenturan gitu dengan realitas yang tidak rasional ini, menurut saya, kita memerlukan pikiran yang arahnya adalah konsolidasi, karena kita tidak punya cara lain, rezim harus diganti secara damai melalui proses pemilu," tuturnya.

Baca Juga: MUI-Muhammadiyah Terima Draf UU Cipta Kerja dengan Jumlah Halaman Beda1, Pratikno Berikan Penjelasan

Fadli Zon pun langsung menyetujui pendapat Fahri Hamzah, menurutnya pergantian yang konstitusional dan demokratis itulah yang diperlukan di Indonesia.

"Mungkin bagi sebagian orang yang terkena dampak dari tindakan-tindakan brutal dan anarkis, itu menjadi satu pilihan yang sulit karena orang sekarang ada yang teriak-teriak revolusi dan sebagainya itu, apalagi di dalam demo-demo yang terakhir, saya khawatir pada suatu saat orang mengalami ketidakpercayaan kepada semua yang ada di Indonesia," tutur Fadli Zon.

Fadli Zon masih merasa bahwa negara kesatuan yang final itu pada suatu masa akan menjadi satu pertanyaan besar, apakah memang negara kesatuan ini bisa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya?

"Yaitu, mencapai cita-cita kemerdekaan sendiri, kebahagian, kesejahteraan, kebebasan, dan kedamaian rakyat, kenyataannya termasuk apa yang terjadi sekarang dengan Omnibus Law, kesenjangan yang terjadi kan makin luas, apakah negara kesatuan ini memang bisa mengantar ke situ," ucapnya.

Baca Juga: Berkat Kopi, Tim Pelajar asal Aceh Buat Bangga Usai Ikut Sumbang Perunggu dari Ajang I-Fest

Bahkan menurut Fadli Zon, jangan-jangan justru negara federasi bisa menjadi satu jawaban terhadap sebuah keadilan, keadilan sosial, pemerataan, dan juga memperkecil kesenjangan. 

"Karena kita mengalami satu proses itu dan pernah menjadi juga negara Republik Indonesia Serikat kan," tuturnya.

Fahri Hamzah pun menambahkan beberapa idenya terkait revolusi pikiran yang harus terjadi di Indonesia.

Menurutnya, saat ini Indonesia memerlukan masa-masa berpikir yang tenang dan dingin, sebab kata Fahri Hamzah, perubahan besar di Indonesia harus dipiloti dengan revolusi pikiran, bukan revolusi fisik.

Baca Juga: Komunikasi Politik Pemerintah Sering Buat Gaduh, Pengamat: Jubir Terkesan Nyinyir Sekelas Buzzer

"Saya masih terus berdoa dan berharap mudah-mudahan waktu kita untuk berpikir tenang dan dingin itu ada di depan kita sehingga kita tidak harus melakukan perubahan dalam satu revolusi fisik yang akan mendatangkan korban dan melelahkan, itu doa terakhir saya bagi Indonesia," ucapnya.

Fahri Hamzah juga menjelaskan, seharusnya setelah Indonesia meletakkan pondasi dari demokrasi 20 tahun yang lalu, semua orang bisa menikmati iklim yang kita punya ini, dan tidak merusak iklim itu dengan bertindak berlebihan.

"Baik yang menjadi rakyat, yang menjadi pasar atau yang menjadi negara gitu harusnya dia ada dalam porsi yang benar gitu, itu yang saya tidak lihat, saya enggak tau ya mau berharap kepada siapa, di dalam pemerintahan sendiri saya gak liat tuh ada pikiran besar, mudah-mudahan bisa lahir pikiran itu," tuturnya.

Sehingga menurutnya, masyarakat bisa kembali duduk tenang, merancang suksesi 2024 secara tenang, dan melahirkan pemerintahan yang akan memimpin kita untuk berpikir tenang.

Baca Juga: Kreasi Anak Bangsa Resmi Meluncur, Hi App Miliki Beberapa Fitur Unggulan yang Dapat Saingi WhatsApp

Fadli Zon pun menyarankan Fahri Hamzah untuk menjadi penasehat presiden dengan nada bercanda.

"Saya lihat kan belakangan Anda cukup akrab sama pak Jokowi, kita sama-sama menerima Bintang Mahaputera gitu, tapi kelihatannya pak Jokowi lebih suka Fahri Hamzah ketimbang Fadli Zon gitu, harusnya di lingkungkan pak Jokowi itu ada yang berpikir, dalam arti berpikir untuk sebuah cita-cita kedepan itu arahnya jelas," ucap Fadli Zon.

"Jadi setelah pensiun menurut saya seorang Fahri Hamzah itu mestinya bisa menjadi seorang penasehat presiden, supaya pemerintahan diisi oleh pemikiran-pemikiran ketimbang oleh pembisik-pembisik, kalo tiba-tiba itu terjadi, saya kira bagus juga itu," ucapnya menambahkan.

Fahri Hamzah pun sambil tertawa dengan nada sedikit kesal menjawab, "Udah cukup, cukup berat itu, makin lama makin mengarah Anda ya."***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler