Sentil Megawati, Fahri Hamzah: Politisi Tidak Boleh Menanyakan Apa yang Sudah Kaum Milenial Lakukan

2 November 2020, 18:08 WIB
Mantan Wakil Ketua DPR RI yang kini menjadi Waketum Partai Gelora, Fahri Hamzah. /ANTARA/Boyke Ledy Watra

PR BEKASI - Beberapa waktu lalu, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tak memanjakan generasi milenial, karena dinilai kurang memberikan sumbangsih untuk bangsa dan negara.

Pernyataan Megawati itu pun sempat viral hingga menjadi bahan perbincangan di media sosial hingga acara-acara talkshow televisi.

Berbeda pandangan dengan Megawati, Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah justru menegaskan bahwa kaum milenial adalah generasi baru yang menyaksikan negara maupun dunia mengalami perubahan, termasuk dalam krisis berlarut akibat pandemi Covid-19 saat ini.

Baca Juga: Harun Masiku Masih Buron, ICW Minta KPK Libatkan Novel Baswedan untuk Turun Tangan

Oleh karena itu, Fahri Hamzah menilai, peran generasi milenial sangat diperlukan dalam perjalanan panjang suatu negara dan transisi demokrasi guna menciptakan negara yang sejahtera.

"Terlebih lagi, saat ini teknologi mengalami disrupsi yang dahsyat. Bahkan, sekarang ini ada disrupsi baru yang bukan saja oleh teknologi, tetapi juga karena pandemi Covid-19," kata Fahri Hamzah, Senin 2 Oktober 2020, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI.

Fahri Hamzah juga menegaskan, disrupsi oleh pandemi Covid-19 dan teknologi sekaligus dapat menciptakan kegalauan yang masif bagi generasi milenial.

Baca Juga: Terkait Kasus Ujaran Kebencian Gus Nur Terhadap NU, Refly Harun Akan Diperiksa Polisi Besok

Dia mengatakan, generasi milenial sekarang ini sebenarnya sedang mencari siapa panutannya yang harus didengar, dan menentukan ke mana menuju dan melangkah.

"Ada baiknya untuk memahami dan menyadari bahwa jangan-jangan kegagalannya ada pada generasi yang seharusnya menjadi suri teladan," ujar Fahri Hamzah.

Sehingga, kata dia, introspeksi paling besar itu harus dilakukan oleh para politikus. Karena generasi milenial itu terkadang mencontoh dari apa yang dilihatnya dari para tokoh publik atau politikus, seperti kata-kata ataupun aksinya.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 11 Dibuka, 7 Golongan Ini Dipastikan Tak Akan Lolos

Dirinya juga menjelaskan bahwa sesungguhnya politikuslah yang diberi amanat untuk menjadi pendidik politik dan bangsa, diberi anggaran, akses kekuasaan, maupun uang negara untuk menjadi panutan bagi generasi milenial, bukan sebaliknya.

"Jadi amanat pertama adalah kepada para pemimpin politik. Kalau sekarang ini menyaksikan milenial galau dan tidak sesuai dengan pandangan-pandangan politisi, di satu sisi itu adalah watak dari sebuah perubahan," kata Fahri Hamzah.

"Namun, yang penting adalah apakah kita (politisi) sudah memberi contoh yang cukup sehingga ekspektasi tentang kaum milenial itu memadai," sambungnya.

Baca Juga: Aktor Eddie Hassel Tewas Tertembak di Texas Minggu Pagi, Motif Pembunuhan Masih Diselidiki

Dirinya juga menambahkan, amanat yang kedua adalah kepada tokoh dan agamawan. Sebab menurutnya, tokoh dan agamawan juga punya mekanisme dan medium untuk membimbing kaum milenial supaya mereka memegang jati dirinya, maupun tuntunannya di dalam melangkah ke depan.

"Jadi kaum milenial itu tidak bisa disalahkan. Mereka tumbuh dengan zaman, ada kompleksitas yang mempengaruhi mereka," ujar Fahri Hamzah.

Oleh karena itu, Fahri Hamzah mengingatkan, politisi tidak boleh menanyakan apa yang sudah generasi milenial lakukan. Sebab, generasi milenial akan bertanya balik, apa yang sudah dicontohkan kepada mereka.

Baca Juga: Perpanjangan Fasilitas GSP Amerika Serikat, Jokowi: Peluang Perbaiki Investasi

"Apakah politisi sudah berbuat cukup untuk menjelaskan kepada kaum milenial tentang mimpi bersama, beginilah cara melangkah ke depan. Saya kira, kalau pemimpin juga mengalami disorientasi, politisi mengalami kegalauan, maka tentu kegalauan itu akan lebih masif ke bawah," tuturnya.

Menurut Fahri Hamzah, saat ini kaum milenial tidak mau mendengar siapa pun lagi. Karena kaum milenial lebih memilih gadget mereka. Sebab, di dalam gadget itu ada ribuan fitur yang bisa dipilih kaum milenial.

"Kaum milenial punya hak pilih untuk menentukan siapa pun yang ingin mereka dengarkan. Sebagiannya mendengar orang-orang yang produktif dan positif, sebagian lagi mendengar orang-orang yang negatif dan orang-orang yang destruktif," tutur Fahri Hamzah.

Baca Juga: Cara Membuat SKCK Online dan Offline, Catat Syarat Ketentuan dan Dokumen yang Diperlukan

Fahri Hamzah menjelaskan, kesalahan para elite adalah tidak mendominasi cuaca kehidupan dengan alternatif yang baik.

Padahal, politik diselenggarakan supaya orang punya alternatif pilihan yang baik, dan bahkan kekuasaan itu diselenggarakan agar kaum milenial memiliki alternatif yang baik untuk menyongsong masa depan mereka.

"Bukan kemudian alternatif yang kosong atau bahkan yang berkembang adalah alternatif yang negatif. Jadi bila ada yang harus disalahkan maka salahkan pemimpin. Dia akan bertanggung jawab terhadap keadaan rakyatnya maupun bangsanya. Ini introspeksi bagi semua, terutama yang senior." tutur Fahri Hamzah.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler