Buka-bukaan Tentang Perjalanan Dakwahnya dengan HTI, Felix Siauw: Dulu Saya Ateis

7 November 2020, 13:27 WIB
Felix Siauw membeberkan kisah perjalanan dakwahnya bersama HTI. /Instagram/@felixsiauw/

PR BEKASI - Felix Yanwar Siauw atau lebih dikenal Felix Siauw membeberkan lika-liku perjalanan hidupnya ketika memutuskan untuk berkecimpung di dunia dakwah, serta perjalanannya mencari Tuhan.

Felix Siauw mengaku bahwa sebelum memeluk agama Islam, ia merupakan seorang ateis atau tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.

Alasannya, Felix Siauw menilai bahwa agama sebelumnya yang ia peluk tidak dapat memuaskan akal.

Baca Juga: BLT Subsidi Gaji Tahap Kedua Tidak Bisa Langsung Cair, Ida Fauziyah Ungkap Penyebabnya

"Dulu saya ateis sebelum saya masuk Islam, karena waktu itu saya berpikir agama ini tidak bisa memuaskan secara akal, agama saya yang lama," kata Felix Siauw dalam wawancara bersama Fadli Zon, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari video yang diunggah kanal YouTube Fadli Zon Official pada Sabtu, 7 November 2020.

Felix Siauw menganggap, agama sebelumnya melarang kebebasan berpikir teologis, yakni pikiran tentang Tuhan dan agama. Ia menilai bahwa agama sebelumnya hanya menyuruhnya menerima dogma dan doktrin agama tanpa proses mencerna dengan akal sehat terlebih dulu.

Felix Siauw juga sampaikan bahwa dalam Islam, ia dapat menemukan kebebasan berpikir teologis yang selama ini dia cari.

Baca Juga: Siap-siap Kantong Tebal! BLT Subsidi Gaji Tahap Kedua ke Karyawan Telah Cair via Bank Himbara

"Yang saya lihat ini, Islam adalah satu-satunya agama yang ngajak mikir, berbeda dengan agama sebelumnya yang justru 'gak boleh mikir'. Jadi, kalau sudah begini terima aja, sudah dogmanya begitu, doktrinnya begitu, tapi dalam Islam semuanya dipertanyakan, kita gak boleh untuk taken for granted," tutur Felix Siauw.

Mengenai Hizbut Tharir Indonesia (HTI), Felix Siauw sependapat dengan Fadli Zon, bahwa pelarangan HTI di Indonesia dengan tuduhan makar (ingin mengganti Pancasila dengan khilafah) itu dinilai tidak berdasar. Apalagi tidak ada proses pengadilan yang menyertai pencabutan badan hukum HTI.

"Secara konstitusi, secara kemudian pilihan demokrasi yang diambil Indonesia, itu menjadi sebuah pertanyaan. Akhirnya kita berpikir, apakah ini (pencabutan badan hukum HTI) adalah hal yang demokratis?" ucap Felix Siauw.

Baca Juga: Mendengkur Bukan Hal Lumrah, Tapi Dokter Sebut Dapat Mengakibatkan Kematian? Simak Penjelasannya

Felix Siauw mengatakan bahwa ini merupakan bentuk pembungkaman terhadap amanat konstitusi, yakni kebebasan berpendapat. Dia menganggap bahwa pembungkaman dalam dakwah selalu terjadi sepanjang sejarahnya.

"Kalau kita mau teliti, memang betul ada beberapa masa di mana kaum muslimin dibenturkan dengan Pancasila. Dan ini (HTI) bukan yang pertama kali... Saya melihat bahwa itu adalah sebuah 'kewajaran' yang terjadi dalam dakwah," tutur Felix Siauw.

Menurutnya, dakwah merupakan perintah Allah dan pencabutan badan hukum HTI bukan berarti menghentikan aktivitas dakwahnya.

Baca Juga: Tingkat Penganguran di Jakarta Tertinggi, Anies Baswedan Sebut Karena Dampak Pandemi Covid-19

"Dakwah itu adalah perintah Allah bagi manusia dan tidak bisa dibatalkan oleh manusia. Maka, mau ada Hizbut Tahrir atau tidak bukan berarti dakwah jadi terhenti. Dakwah akan tetap berjalan, apapun bentuknya," ujar Felix Siauw.

Selain itu, Felix Siauw juga mengungkapkan bahwa dampak baik dari pembubaran HTI adalah bersatunya umat di bawah naungan bendera yang sama, yakni bendera Rasulullah.

"Menariknya ketika Hizbut Tahrir ada badan hukumnya, kita setengah mati menjelaskan bendera Rasulullah, tapi, orang-orang (bantah) itu bendera kelompok aja. Namun, ketika Hizbut Tahrir dibubarkan, dua pekan setalah itu, itu jadi bendera milik umat. Umat jadi menerima itu bendera Rasulullah, bendera umat." ujarnya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Tags

Terkini

Terpopuler