Amien Rais Siap Gabung Masyumi, Refly Harun Jelaskan Alasan Soekarno Bubarkan Masyumi pada 1960

9 November 2020, 15:18 WIB
Kolase foto Amien Rais (kir), Partai Masyumi (tengah), dan Refly Harun (kanan). /Pikiran-rakyat.com/

PR BEKASI - Partai Masyumi yang baru saja dibentuk beberapa waktu lalu mendapatkan pernyataan besar dari Pendiri Partai Ummat, Amien Rais.

Amien Rais mengatakan bahwa dirinya siap mendukung Partai Masyumi dengan jika sama-sama bergerak untuk kebaikan yang lebih besar.

Dirinya menyebut siap melebur Partai Ummat ke dalam Masyumi dengan syarat Masyumi bisa mengungguli Ummat.

Baca Juga: Cegah Tindak Kriminal, Polisi Razia 4 Lokasi Balap Liar di Bekasi

"Kalau saya, misalnya Masyumi lebih besar, Partai Ummat saya bubarkan untuk Masyumi. Tapi kalau Partai Ummat lebih besar, please join us," ucapnya.

Diketahui Partai Masyumi telah menawarkan Amien Rais agar bergabung dengan mereka.

Amien mengatakan ia pada dasarnya juga adalah Masyumi. Namun, ia menegaskan tak ada salahnya juga jika ia membuat Partai Ummat jika meyakini partainya bisa menjadi lebih besar.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Bekasi Turun, Pemkab Batalkan Fasilitas Isolasi Hotel Bintang Tiga

"Sekarang Masyumi silakan deklarasi, AD/ART diproklamasikan, logo sudah jelas, dan lain-lain. Kemudian yang disasar, adalah anak cucu masyumi ideologis, dan anak cucu biologis Masyumi. Kalau bergabung ini, Insy Allah akan jadi kekuatan yang besar," kata Amien Rais.

Menanggapi pembentukan Masyumi dan pernyataan Amien Rais tersebut, ahli hukum tata negara Refly Harun buka suara.

Refly mengungkapkan bahwa memang ada semangat pada deklarasi Partai Masyumi baru ini.

Baca Juga: Minta Ibu-ibu Pasar Cek Video Syur, Hotman Paris: Takut Pakar Telematika Tak Bisa Konsentrasi

"Sayangnya semangat tersebut hanya diwakili oleh golongan tua bukan anak-anak muda, ya kalaupun ada yang sedikit muda, mungkin Ahmad Yani, itupun usianya sudah di atas 50 tahunan juga," tutur Refly Harun, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Refly Harun, Senin, 9 November 2020.

"Memang partai politik itu di Indonesia memang dideklarasikan oleh orang-orang tua atau orang-orang yang punya modal dan identik dengan partai tersebut," sambungnya.

Kecuali, menurut Refly parta-partai warisan orde baru atau orde lama, partai tersebut memang identik dengan orang.

Baca Juga: Terduga Teroris Adira dan Jemaah Islamiyah Ditangkap Densus 88

"Misal Gerindra identik dengan Prabowo Subianto, Nasdem dengan Surya Paloh, PKB identik dengan Gus Dur, dan PAN identik dengan Amien Rais," tutur Refly Harun.

Menurutnya partai yang tidak identik dengan orang itu hanya PPP dan Golkar karena warisan orde baru. Sementara PDI Perjuangan (PDIP) karena dideklarasikan kembali dengan nama baru jadi saat ini identik dengan Megawati Soekarnoputri.

"Yang betul-betul dari aspirasi bawah yang merupakan partai masa, hanyalah PKS mungkin, jadi partai yang berbasis kaderisasi hanyalah PKS," ucapnya.

Baca Juga: Sempatkan Ziarah Sebelum Pulang, Habib Rizieq Akan Disambut Jutaan Umat Islam di Bandara Besok

Selebihnya menurut Refly, partai-partai dibangun karena popularitas dan kharisma para tokohnya.

"Golkar sudah membangun kaderisasi sejak jaman orde baru, sementara PKS membangun kaderisasi karena berbasis mahasiswa, berbasis intelektual Islam perkotaan terutama yang berbasis di kampus, tapi lainnya adalah partai-partai yang mengandalkan pesona orang," tuturnya.

Refly menilai sudah tidak ada lagi tokoh sentral pada kebangkitan Partai Masyumi baru-baru ini.

Baca Juga: Kesal Adiknya Dikaitkan dengan Video Syur, Kakak Jessica Iskandar Singgung Dampak Black Campaign

"Tidak ada tokoh sentralnya lagi karena ex Masyumi sepertinya sudah tidak ada lagi saat ini, bisa dimaklumi karena Masyumi adalah partai politik yang sudah dibubarkan sejak tahun 1960, bung Karno membubarkannya begitu dia men-takeover pemerintahan melalui dekrit presiden 5 juli 1959," ucapnya.

Refly memberikan alasan mengapa pada saat itu Masyumi dibubarkan.

"Karena Masyumi adalah partai dianggap tidak pro dengan pemerintahan bung Karno, terutama politik bung Karno dengan politik nasakomnya, dan tokoh-tokoh Masyumi terlibat pada pemberontakan PRRI atau Permesta," ujar Refly Harun.

Baca Juga: BLT Subsidi Gaji BPJS Ketenagakerjaan Cair Pekan Ini, Cek Nama Anda Segera!

Pada saat itu Masyumi adalah partai yang dimusuhi, dan ketika orde baru lahir, partai ini pun tidak diperkenankan untuk mengambil bagian dalam perhelatan Pemilu orde baru.

"Bahkan tokoh-tokohnya pun banyak yang dihadang, ya mungkin mereka khawatir dengan keberadaan partai ideologis seperti Masyumi ini," ucapnya.

Karena menurut Refly, Masyumi pada saat itu sangat tidak fleksibel soal hal-hal yang berkenaan dengan prinsip terutama dengan ideologi Islamnya.

Baca Juga: TNI AL Tangkap Tiga Kapal Pencuri Ikan Berbendera Malaysia di Selat Malaka

"Karena itulah mungkin era orde baru tidak menginginkan lagi partai ideologis, itulah sebabnya mereka membesarkan partai karya, ideologi komunis sudah dihancurkan, ideologi nasionalis dikecilkan, nah ideologi Islam juga dikecilkan, jadi yang muncul adalah ideologi karya pada era orde baru," ujar Refly Harun.

Pada era reformasi, karena sudah 32 tahun dipinggirkan dalam politik ideologis, Refly menilai, saat ini partai-partai yang tumbuh bukanlah partai ideologis lagi, namun lebih pada partai yang pragmatis dan partai kerja.

"Apakah partai ini akan layu sebelum berkembang lagi, karena maklum saja partai ini baru berdiri 15 tahun sebelum dibubarkan tahun 1960, dan sudah 60 tahun lamanya sejak saat itu belum terdengar kabarnya, kita lihat saja nanti." tutur Refly Harun.

Editor: Ikbal Tawakal

Tags

Terkini

Terpopuler