Ragu Soal Duet Ganjar-Risma di Pilpres 2024, Refly Harun: Apakah PDIP Sudah Terlalu Kuat?

- 11 Januari 2021, 09:37 WIB
Duet Ganjar Pranowo yang berpasangan dengan Tri Rismaharini untuk Pilpres 2024.
Duet Ganjar Pranowo yang berpasangan dengan Tri Rismaharini untuk Pilpres 2024. /Instagram.com/@ganjarpranowo_ri1

PR BEKASI - Pakar hukum tata negara Refly Harun mengomentari soal duet Ganjar Pranowo dan Tri Rismaharini di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Pendukung Ganjar Pranowo 'menjodohkan' Gubernur Jawa Tengah itu dengan Menteri Sosial Risma di Pilpres 2024.

Akun Instagram pendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo @ganjarpranowo_ri1 yang memiliki 9.690 pengikut mengunggah foto Ganjar bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) 2024.

Baca Juga: Jelang Vaksinasi Covid-19 di Kota Bekasi, Rahmat Effendi: Nakes Jadi Prioritas

Menurut Refly Harun, jika egois, bisa saja PDIP memajukan Ganjar-Risma, tetapi masalahnya adalah, apakah Megawati dan Puan Maharani bersedia menjadi orang nomor dua di bawah mereka.

"Soal lainnya juga adalah, apakah PDIP sudah terlalu kuat, sangat kuat sehingga mencalonkan pasangan yang berasal dari satu partai?," ucapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Refly Harun, Senin, 11 Januari 2021.

Ia menilai ide tersebut tidak ada bedanya dengan mengajukan Ganjar berpasangan dengan Puan Maharani untuk Pilpres 2024 karena mereka berasal dari rahim yang sama yaitu PDIP.

Baca Juga: Satu Pintu! Berikut Situs Informasi Bantuan Kuota Data Internet Kemendikbud

"Kita tahu bahwa sampai hari ini, kalau presidential threshold itu tidak dihilangkan, ada sembilan partai yang punya kursi dan mereka sama-sama punya hak untuk mengajukan Capres dan Cawapres," tuturnya.

Namun memang sejauh ini, hanya PDIP yang sudah memiliki 20 persen kursi sehingga bisa maju sendiri dan sudah pasti mereka akan memajukan calonnya.

Alasan lainnya yang membuat Refly Harun kurang yakin adalah soal Pemilu 2024 yang akan dilakukan secara serentak.

Baca Juga: Pemkot Bekasi Bakal Modernisasi Bus Transpatriot Usai Dapat Sokongan dari Korsel

"Pemilu 2024 itu serentak sehingga kita tidak tahu bagaimana hasil Pemilu 2024 untuk legislatif, jadi tidak ada jaminan bahwa PDIP akan tetap dominan juga," ucapnya.

"Karena itu yang paling masuk akal adalah barangkali PDIP akan berusaha menggandeng satu dua partai atau membuat koalisi istana yang memungkinkan mengajukkan satu paslon dan tidak mungkin semuanya dari PDIP," sambungnya.

Oleh karena itu, ucapnya, skenario yang paling populer saat ini di masyarakat adalah Prabowo Subianto berpasangan dengan Puan.

Baca Juga: Menteri Era Gus Dur Muak dengan Sandiwara Risma, Refly: Seperti Kritik Pengamat Asing kepada Jokowi

"Namun jika elektabilitas Ganjar lebih hebat daripada Prabowo, Ganjar berpasangan dengan Sandiaga Uno akan sama dahsyatnya," tuturnya.

Refly Harun berpendapat bahwa skenario Ganjar-Risma masih terlalu sulit untuk diwujudkan karena masih banyak tokoh-tokoh lain di PDIP yang lebih dijagokan seperti Puan yang merupakan anak emas Megawati.

"Karena kalau skenarionya Ganjar-Risma berarti pertanyaannya Puan dikemanakan? Puan mau ngapain?," ucapnya.

Baca Juga: Turki Ikut Berduka atas Jatuhnya Sriwijaya Air: Kami Berdoa untuk Saudara-Saudara Kami di Indonesia

Ia menilai, jika skenario Ganjar-Risma terwujud, sangat tidak mungkin Puan dijadikan menteri lagi karena pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator apalagi menteri di bawah kader PDIP.

"Barangkali satu-satunya alternatif adalah menjadi ketua MPR, kalau ketua MPR masih mungkin untuk memberikan kehormatan kepada Puan Maharani seandainya PDIP tidak bisa mencalonkan dia sang puteri mahkota untuk menjadi Capres maupun Cawapres," tuturnya.

Walaupun dahulu Risma pernah disebut-sebut juga sebagai Cawapres pada tahun 2014 ketika Jokowi pertama kali mencalonkan diri yang pada saat itu popularitas Risma melonjak drastis.

Baca Juga: Penduduk Pulau Lancang Sebut Dengar Suara Keras seperti Bom pada Hari Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Tapi belakangan, ucap Refly, nama Risma memang tidak disebut sama sekali dalam survei Capres dan Cawapres, hal tersebut menurutnya terjadi karena saat ini Risma hanya dianggap sebagai tokoh lokal yaitu Wali Kota Surabaya.

"Tokoh lokal yang moncer hanya dua saja yang dianggap, yaitu satu Ganjar Pranowo, dan dua Ridwan Kamil, sisanya ya Anies Baswedan, tapi Anies kan Gubernur DKI Jakarta, bukan daerah," ucapnya.

"Karena itu sebenarnya nama-namanya hanya berkisar pada tiga orang kepala daerah ini, ditambah Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, ya relatif lima nama ini," sambungnya.

Baca Juga: Warga Jepang Gelar Ritual Mandi Air Dingin Berjemaah Doakan Pagebluk Covid-19 Cepat Usai

Saat ini dengan Risma yang menduduki jabatan sebagai orang pusat, walaupun terdapat peluang untuk terus moncer, Refly menilai sebagian besar masyarakat Indonesia telah paham bahwa RIsma bukan sosok yang cocok untuk memimpin negeri ini.

"Tetapi sepertinya orang paham bahwa Tri RIsmaharini tidak punya bakat untuk jadi nomor satu karena ya tadi masih ada keraguan terhadap sosok dia yang lokal, sehingga yang diimajinasikan adalah orang nomor dua." tutupnya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: YouTube Refly Harun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x