"Upaya lugas dari Ketum AHY itu, sontak mengejutkan pihak Moeldoko cs, tapi dengan gestur yang agak malu-malu (malu tapi mau), dia justru menanggapi konferensi pers resmi Ketum AHY dengan menyampaikan statement klarifikasi ke media yang menolak keterlibatan dirinya dalam upaya kudeta," tuturnya.
"Pada akhirnya, semua ucapan itu hanyalah 'kebohongan' yang memalukan," ujar Willem Wandik.
Willem Wandik menuturkan, adanya dorongan syahwat dan ambisi yang begitu besar untuk menjadi orang nomor satu di partai, membuat Moeldoko tak bisa melewatkan kesempatan untuk mengudeta Partai Demokrat.
"Apalagi punya 'aji mumpung' masih mendapatkan 'backing' dari nama besar dan pengaruh sebagai orang dekat di lingkaran istana (Abdi Dalem Istana). Karenanya KSP Moeldoko confirm untuk tetap melanjutkan rencana kudetanya," kata Willem Wandik.
"Dia seperti meyakini bahwa pihak istana dan kolega politik di pemerintah, termasuk otoritas yang memegang kendali 'pengesahan Parpol sebagai badan hukum' di Kemenkumham dapat mereka kendalikan," sambungnya.
Menurutnya, sebagai pejabat teras di lingkaran Istana, Moeldoko merasa kekuatan embel-embel 'Abdi Dalem Istana' dapat digunakan untuk menekan dan menakut-nakuti para kader Partai Demokrat untuk membelot dan menyingkirkan AHY.
"Mereka menilai AHY akan mudah untuk disingkirkan, karena pengaruh kekuasaan hari ini sangat kuat mengendalikan simpul-simpul kekuasaan politik di Jakarta (belajar dari preseden kisruh Golkar dan PPP dimasa lalu)," ujar Willem Wandik.