Artinya, kata dia, mereka mengeklaim bisa membaca teks keagamaan secara langsung tanpa syarat dan tahkik.
"Inilah bahayanya orang yang hanya memahami berdasarkan pemahamannya sendiri," ucapnya.
Baca Juga: Singgung Prabowo Terkait Maraknya Penggunaan Senjata Api, Haris Azhar: Beri Perhatian ke Regulasi
Lebih lanjut, eks anggota Al-Qaeda tersebut yakin bahwa orang-orang eksakta akan lebih mudah terdoktrin ketimbang orang-orang sosial.
"Yang paling mudah untuk terdoktrin itu adalah orang-orang eksakta, hasil riset di Barat banyak meneliti perilaku orang-orang yang menjadi pelaku terorisme dan itu kebanyakan adalah orang-orang eksakta dan scientist," tuturnya.
"Orang sosial lebih punya daya imunitas di dalam melawan daripada pemikiran-pemikiran keras, ekstrim dan, terorisme karena orang sosial itu melihat persoalan dari sudut ketinggian, punya sudut pandang yang berbeda. Jadi melihat persoalan itu secara utuh," sambung Sofyan.
Berbeda dengan orang-orang eksakta dan scientist, ungkap Sofyan, mereka cenderung zero intoleran seperti kalkulator dalam matematika.
"Satu tambah satu harus dua, dua tambah dua harus empat, padahal kalau dalam pandangan ilmu sosial, satu tambah satu sama aja kayak tiga kurang satu," tutup Sofyan.
Perlu diketahui, Sofyan Tsauri ditangkap Densus 88, di Pangkalan 9 Jalan Raya Narogong, Cileungsi Bogor, 6 Maret 2010 silam.