Yenny Wahid menyatakan, dirinya telah berkomunikasi dengan seorang ahli grafologi (ahli tulisan tanan), Deborah Dewi, terkait tulisan dua teroris tersebut.
Hasil analisa Deborah menunjukan 3 karakter yang dimiliki oleh dua teroris itu.
Pertama, keduanya adalah sosok yang egois dan tidak terbuka dengan pola pikir yang berbeda dengan dirinya. Keduanya tidak mau berpikir dengan perspektif lain, kecuali pikirannya sendiri.
Kedua, rasa percaya dirinya sangat rendah. Ketiga, punya kegelisahan yang berlebihan.
Menurutnya, kegelisahan yang berlebihan itu kemudian direspons atau dimanfaatkan lah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Mereka berdalih ingin menolong dengan doktrin agama yang sudah diselewengkan dari maksud yang sesungguhnya sehingga pelaku mendapatkan rasa aman dan percaya diri tapi semu.
“Jadi kegelisahan tersebut akhirnya dieksploitasi, dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga dia merasa aman, yang kemudian membuat mereka melakukan penyerangan (teror),” ujarnya.
Yenny Wahid menambahkan, radikalisme bukan lah bagian dari agama tetapi ajaran agama diselewengkan untuk mengindoktrinasi seseorang yang sedang mengalami rasa cemas dan putus asa sehingga mau melakukan penyerangan agar dia bisa eksis.