"Terkait dengan tes ini, kami distigma seolah-olah tidak berwawasan kebangsaan, Pancasilais, dan lain-lain. Padahal kami sudah sering mengikuti tes-tes serupa, kami sudah menunjukkan darma bakti yang sebaik-baiknya dalam melaksanakan tugas," tutur Novel Baswedan.
Novel Baswedan juga merasa bahwa dia dan rekan-rekannya sudah diperlakukan dengan buruk, karena dianggap sebagai orang bermasalah, yang bahkan beberapa dicap tidak bisa dibina lagi.
"Terus dibuat seolah-olah kami adalah orang-orang yang bermasalah, bahkan beberapa dikatakan tidak bisa dibina lagi. Itu kan sangat buruk sekali," sambungnya.
Novel Baswedan juga mengungkapan bahwa dirinya dan rekan-rekannya kini merasa dibuat lebih jelek dari koruptor.
"Dalam beberapa kesempatan Pimpinan KPK pernah mengatakan bahwa menggunakan koruptor untuk hal-hal yang terkait dengan antikorupsi. Kami sepertinya dibuat lebih jelek dari itu (koruptor). Saya pikir ini menghina dan keterlaluan," kata Novel Baswedan.
Baca Juga: TWK Berlaku di Semua Lembaga, Moeldoko: Di BPIP yang Tak Lolos Tidak Ribut, Kenapa di KPK Ribut?
Terakhir, Novel Baswedan mengatakan, dirinya melihat bahwa TWK tidak dilakukan sebagaimana mestinya dan hanya digunakan sebagai alat untuk menyingkirkan orang-orang yang telah bekerja dengan baik di KPK.
"Saya tidak melihat ini adalah mekanisme tes biasa. Saya melihat ini adalah upaya menyingkirkan orang-orang yang bekerja baik di KPK, dan itu bahaya sekali," ujar Novel Baswedan.***