Media Asing Soroti Kasus Tewasnya Wartawan Mara Salem Harahap di Sumatera Utara

- 9 Juli 2021, 11:03 WIB
Ilustrasi Pembunuhan. Media asing Al Jazeera menyoroti kasus tewasnya wartawan di Sumatera Utara, Mara Salem Harahap, yang ditembak di mobilnya.
Ilustrasi Pembunuhan. Media asing Al Jazeera menyoroti kasus tewasnya wartawan di Sumatera Utara, Mara Salem Harahap, yang ditembak di mobilnya. /Pixabay/Skitterphoto/

PR BEKASI - Nama wartawan Mara Salem Harahap sempat menjadi sorotan beberapa waktu lalu.

Sebab, Mara Salem Harahap ditemukan tewas di dalam mobil dekat kediamannya daerah Karang Anyer Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Mara Salem Harahap diduga dibunuh, karena ditemukan adanya 2 luka bekas tembak di tubuhnya.

Baca Juga: Tentara Israel Tembak Jurnalis MEE ketika Liput Aksi Solidaritas Bela Nabi Muhammad

Salah satu media asing, Al Jazeera, membuat artikel khusus dengan langsung mewawancarai pihak terdekat dari korban.

Disampaikan Al Jazeera, hanya beberapa hari sebelum korban ditembak hingga menghabisi nyawanya.

Mara Salem Harahap yang dikenal dengan nama Marsal, membawa sang istri dan kedua anaknya jalan-jalan keluarga ke kota Medan, Sumatera Utara.

Baca Juga: Usai Gencatan Senjata Israel-Palestina, WhatsApp Blokir Puluhan Akun Jurnalis Palestina

Perjalanan tersebut menempuh waktu selama dua jam dari rumah mereka sendiri.

Mereka juga mengambil banyak foto bersama dan Marsal membagikan foto tersebut di media sosial.

"Ini sangat tidak biasa," kata rekan jurnalisnya, Rencana Siregar.

Baca Juga: Serikat Jurnalis Palestina Sebut Serangan Israel terhadap 30 Media di Gaza Adalah Pembantaian

"Dalam 12 tahun kami berteman, dia hampir tak pernah mengunggah foto pribadi," sambungnya.

Dia mengatakan bahwa Marsal ingin melindungi keluarganya dengan tak membagikan foto keluarga di media sosial.

Marsal, pemimpin redaksi Lasser News Today, punya alasan untuk mengambil sikap berhati-hati.

Baca Juga: Putri Diana Ditipu Jurnalis BBC hingga 'Hancur', Pangeran William dan Harry Beri Kritik Keras

Selama beberapa bulan sebelumnya, pria berusia 46 tahun itu menyoroti klub malam lokal di kota yang diduga terkait kejahatan terorganisir.

Selain itu, juga disinyalir dengan kasus perdagangan narkoba dan perjudian, dia juga pernah mengunggahnya di akun Facebook selain menulisnya.

"Dia seperti saudara angkat saya," ujar Rencana, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera pada Jumat, 9 Juli 2021.

Baca Juga: IFJ Minta DK PBB agar Israel Hentikan Serangan kepada Jurnalis Internasional di Jalur Gaza

"Dua minggu sebelum kematiannya, dia datang menemui saya dan kami berbicara tentang pekerjaannya menyelidiki klub malam," tuturnya.

Dikatakannya saat itu berbicara sangat lama dengan mendiang hingga lima jam, Marsal sangat persuasif saat menyatakan perlu dilakukan penyelidikan.

"Dia adalah jurnalis yang tangguh. Dia tidak terlihat takut," ucapnya.

Baca Juga: Sipir Israel Gelar Pesta BBQ di Penjara demi Patahkan Semangat Aksi Mogok Makan Jurnalis Palestina

Pertemuan itulah terakhir kalinya dia melihat Marsal.

Pada malam tanggal 18 Juni, Marsal ditembak dan dibunuh di dalam mobilnya sekitar 300 meter (984 kaki) dari rumahnya.

Enam hari kemudian, Kapolda Sumut, Inspektur Jenderal Panca Putra, mengumumkan bahwa dua tersangka telah ditangkap.

Baca Juga: Angka Kekerasan terhadap Jurnalis di Indonesia Meningkat hingga 90 Kasus dalam Setahun Terakhir

Tersangka tersebut ialah pemilik klub malam yang sedang diselidiki Marsal dan seorang pejabat militer yang tidak disebutkan namanya.

Menurut Kapolsek, Marsal pernah bertemu dengan pemilik klub malam yang mengeluh soal pemberitaan di medianya.

Disebutkan pada konferensi pers minggu lalu, motif pembunuhan tersebut adalah untuk memberikan pelajaran kepada korban.

Baca Juga: Kecam Aksi Teror yang Menimpa Jurnalis Victor Mambor, Dandhy Laksono: Sudah Cukup Kekerasan di Papua

Meskipun tak dijelaskan lebih lanjut, apakah pemilik klub malam dan pejabat militer itu berencana membunuh Marsal atau hanya menakuti-nakutinya.

“Pembunuhan Mara Salem Harahap adalah kasus keempat kekerasan terhadap jurnalis yang terjadi di Sumatera Utara dalam sebulan terakhir,” kata Liston Damanik, ketua Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI).

“Kasus seperti ini dan kekejaman terhadap jurnalis semakin meningkat, diduga karena belum ada kepastian hukum dari kepolisian terkait kasus tersebut," ujarnya menambahkan.

Halaman:

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x