Segera Antisipasi, BMKG Prediksi Puncak Kemarau Akan Terjadi di Sebagian Indonesia Pada Agustus 2020

- 31 Juli 2020, 17:46 WIB
Prakiraan puncak musim kemarau di Indonesia pada tahun 2020.
Prakiraan puncak musim kemarau di Indonesia pada tahun 2020. /Antara

PR BEKASI - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia bagian selatan akan segera memasuki periode puncak kemarau.

Melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat, BMKG menyebut potensi puncak kemarau di Indonesia selatan itu dipengaruhi penguatan angin Monsun Australia.

Angin tersebut mengalirkan massa udara dingin dan kering dari Benua Australia menuju Asia melewati Samudera di Indonesia dan wilayah benua maritim Indonesia.

Baca Juga: Popularitasnya Anjlok, Donald Trump Mendadak Ingin Tunda Pilpres Amerika Serikat 2020 

Musim kemarau kini terjadi pada 69 persen dari 342 daerah Zona Musim (ZOM) di Indonesia. Menguatnya aliran angin Monsun Australia biasanya berkaitan dengan perkembangan sistem tekanan tinggi atmosfer di atas Benua Australia yang mendorong massa udara memiliki aliran yang lebih kuat dari biasanya.

Adapun musim kemarau telah berdampak dan menimbulkan potensi kekeringan secara meteorologis pada 31 persen ZOM berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut.

Deret hari kering bervariasi dalam hitungan hari hingga bulan. BMKG memprediksi Agustus sebagai puncak musim kemarau bagi sebagian besar wilayah yang telah mengalami kemarau.

Sebanyak 65 persen ZOM akan mengalami puncak musim kemarau tersebut yaitu sebagian besar NTT, NTB, Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, sebagian Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Selatan dan Papua bagian selatan.

Baca Juga: 'Balas Dendam' Atas Keputusan Turki, Suriah Akan Bangun Hagia Sophia Baru 

Sementara 19 persen ZOM diprediksi mengalami puncak musim kemarau pada September, yaitu meliputi sebagian besar Sumatera bagian tengah, Kalimantan bagian selatan, tengah dan timur, Sulawesi bagian barat, dan Maluku.

Puncak musim kemarau didefinisikan sebagai bulan atau periode waktu terkering dengan curah hujan yang turun di wilayah yang sedang mengalami kemarau berada pada tingkat paling rendah/minimum.

BMKG mengimbau pemerintah daerah, pengambil keputusan, dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak puncak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan serta ketersediaan air bersih.

Saat ini kecepatan angin terutama di bagian selatan Jawa dan Bali dilaporkan menunjukkan kecepatan angin yang lebih kuat 10-20 knot.

Baca Juga: Ilmuwan Jerman Klaim Vaksin Virus Corona Tidak Akan Selesai Pertengahan 2021 

Adapun besaran nilai 1 knot kurang lebih setara dengan kecepatan 0,5 meter per detik atau 1,85 kilometer per jam.

BMKG menyebut kota-kota di bagian selatan Jawa dan Bali juga menunjukkan suhu udara yang relatif lebih dingin sedikit dibanding bagian utara, misalnya pada siang hari Lombok.

Sebagai gambaran ketika siang hari di Denpasar berada dalam suhu 26-28 derajat Celsius maka pada saat yang sama di Semarang, Jakarta, dan Surabaya bersuhu 30-31 derajat Celsius.

Sedangkankan pada malam hingga pagi hari, suhu minimum tercatat pada 29 Juli terendah 10,4 derajat Celsius di Ruteng (NTT), Malang, dan Bandung 17 derajat Celsius serta Padang Panjang 18 derajat Celsius.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x