Meski demikian, lanjutnya, vaksin ini memiliki imunogenitas yang kurang baik, sehingga tim uji klinis harus menyuntikkan vaksin sebanyak dua kali kepada relawan.
"Pada uji klinis di Indonesia ini kita melakukan dua kali penyuntikan dengan jarak 14 hari," ujar Kusnandi.
Baca Juga: Terlibat Kasus Peredaran Narkoba, Seorang Oknum Polisi Polda Sumatra Utara Ditangkap
Selain itu, Kusnandi mengungkapkan, alasan di balik uji klinis vaksin Covid-19 asal Tiongkok yang tengah dilakukan di Indonesia.
Menurutnya, vaksin yang dikembangkan perusahaan Sinovac, Tiongkok ini memiliki efektivitas cukup baik berdasarkan hasil uji klinis fase I dan II.
"Mereka (Sinovac) sudah lakukan uji klinis (vaksin) fase I dan II. Kita tinggal lakukan lanjutan uji klinis fase III," ucapnya.
Baca Juga: Ditetapkan sebagai Tersangka, Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber Terkena Pasal Penganiayaan Berat
Seperti pemberitaan sebelumnya, Sinovac menjalin kerjasama dengan Biofarma untuk memgembangkan vaksin Covid-19.
Menteri BUMN Erick Tohir yang juga sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan bersama Retno Marsudi menyaksikan penandatanganan antara PT Biofarma dengan Sinovac Biotech.
Retno Marsudi menyebut dalam lembar kerja sama pertama tersebut, terdapat kesepakatan kedua perusahaan menyepakati ketersediaan vaksin COVID-19 hingga 40 juta dosis mulai November 2020 hingga Maret 2021.