Dulu Indonesia Tidak Punya Neraca Keuangan, Sri Mulyani: Kita Kehilangan Banyak Aset-aset Strategis

- 21 Oktober 2020, 19:09 WIB
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati.
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati. /Instagram/ @smindrawati

PR BEKASI - Fadjroel Rachman selaku Staf Khusus Presiden Republik Indonesia Bidang Komunikasi sekaligus Juru Bicara Presiden Joko Widodo pada Kabinet Indonesia Maju membagikan sebuah video melalui akun Instagram pribadinya @fadjroelrachman.

Video tersebut merupakan pidato dari Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait pencapaian Indonesia di bidang keuangan.

"Nah, mau tahu apa kemajuan Republik Indonesia di bidang keuangan. Dengerin ya Menkeu Terbaik 2019, dan 2020 se-Asia Pasifik, Ibu @kemenkeuri @smindrawati," kata Fadjroel Rachman di Instagram, Senin, 19 Oktober 2020.

Baca Juga: Pakai Cara Ekstrem, Peneliti Inggris Suntikkan Orang Sehat dengan Virus Corona demi Dapatkan Vaksin

Dalam video tersebut, Sri Mulyani mengatakan bahwa sebelumnya, Republik Indonesia tidak mempunyai neraca keuangan.

"Republik Indonesia, tadinya tidak punya neraca. Jadi, barang milik negara tidak diadministrasikan, tidak di-record, kita asal bangun," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengungkapkan, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia banyak melakukan pembangunan, tapi tidak ada pembukuannya.

Baca Juga: Geram Jokowi Dituduh Tidak Paham Pancasila, Mahfud MD: Besok Kalo Pak Gatot Jadi Presiden Bakal Sama

"Waktu Pak Harto (Soeharto), 30 tahun bangun banyak sekali, gak ada pembukuannya," ujar Sri Mulyani.

Namun, setelah terjadi krisis, Indonesia mulai mempunyai undang-undang keuangan negara. Sehingga, Indonesia baru membangun neraca keuangan.

"Jadi waktu kemudian terjadi krisis, kemudian kita punya undang-undang keuangan negara, dan perbendaharaan negara, kita baru mulai membangun neraca keuangan," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: DPRD DKI Jakarta Adakan Rapat di Puncak untuk Hindari Covid-19, Sekjen FITRA: Jelas Gak Masuk Akal

Saat itulah, muncul kesadaran untuk membukukan dan mengadministrasikan.

Sri Mulyani mencontohkan, dulu sering sekali Universitas membangun perumahan dosen di tanah milik negara.

Saat dosen tersebut pensiun dan meninggal, rumah tersebut masih dimiliki oleh dosen itu, tanpa ada kejelasan apakah rumah itu dihibahkan atau tidak.

Baca Juga: Mudahnya Transfer Saldo ShopeePay, Ikuti 5 Langkah Ini untuk Nikmati Promo Menarik!

"Sehingga di Universitas, masih masuk dalam pembukuan Universitas, tapi sudah dipakai oleh anak dan cucunya. Itu banyak sekali barang milik negara," kata Sri Mulyani.

Menurutnya, belum lagi dulu sering sekali terjadi menteri menjual tanah milik negara, karena tidak adanya pengadministrasian atau pembukuan.

"Sehingga banyak sekali Republik itu kehilangan cukup banyak aset-aset strategis. Salah satu contoh, kompleks Senayan Gedung Gelora Bung Karno," tutur Sri Mulyani.

Baca Juga: Bikin Geram Rakyat Thailand, Raja Vajiralongkorn Pernah Suruh Permaisuri Tampil dengan Bikini

Sri Mulyani menjelaskan, dulu Presiden Soekarno membangun seluruh kompleks tersebut sampai dengan Manggala Wanabakti TVRI, sampai Hotel Hilton, termasuk Hotel Mulia, sampai ke Plaza Senayan, itu semua termasuk kompleks milik negara.

"Karena tidak pernah dibukukan, suatu saat terjadi kerjasama. Tiba-tiba swasta sudah punya tittle. Sehingga waktu kami memulai membuat pembukuan, Hotel Hilton itu sudah tidak ada dalam tittle-nya, kita hilang (aset strategis)," kata Sri Mulyani.***

Editor: Puji Fauziah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah