Fadli Zon pun langsung menyetujui pendapat Fahri Hamzah, menurutnya pergantian yang konstitusional dan demokratis itulah yang diperlukan di Indonesia.
"Mungkin bagi sebagian orang yang terkena dampak dari tindakan-tindakan brutal dan anarkis, itu menjadi satu pilihan yang sulit karena orang sekarang ada yang teriak-teriak revolusi dan sebagainya itu, apalagi di dalam demo-demo yang terakhir, saya khawatir pada suatu saat orang mengalami ketidakpercayaan kepada semua yang ada di Indonesia," tutur Fadli Zon.
Fadli Zon masih merasa bahwa negara kesatuan yang final itu pada suatu masa akan menjadi satu pertanyaan besar, apakah memang negara kesatuan ini bisa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya?
"Yaitu, mencapai cita-cita kemerdekaan sendiri, kebahagian, kesejahteraan, kebebasan, dan kedamaian rakyat, kenyataannya termasuk apa yang terjadi sekarang dengan Omnibus Law, kesenjangan yang terjadi kan makin luas, apakah negara kesatuan ini memang bisa mengantar ke situ," ucapnya.
Baca Juga: Berkat Kopi, Tim Pelajar asal Aceh Buat Bangga Usai Ikut Sumbang Perunggu dari Ajang I-Fest
Bahkan menurut Fadli Zon, jangan-jangan justru negara federasi bisa menjadi satu jawaban terhadap sebuah keadilan, keadilan sosial, pemerataan, dan juga memperkecil kesenjangan.
"Karena kita mengalami satu proses itu dan pernah menjadi juga negara Republik Indonesia Serikat kan," tuturnya.
Fahri Hamzah pun menambahkan beberapa idenya terkait revolusi pikiran yang harus terjadi di Indonesia.
Menurutnya, saat ini Indonesia memerlukan masa-masa berpikir yang tenang dan dingin, sebab kata Fahri Hamzah, perubahan besar di Indonesia harus dipiloti dengan revolusi pikiran, bukan revolusi fisik.
Baca Juga: Komunikasi Politik Pemerintah Sering Buat Gaduh, Pengamat: Jubir Terkesan Nyinyir Sekelas Buzzer
Editor: M Bayu Pratama