Joe Biden Jadi Presiden AS, Pengamat: Indonesia Bisa Jadi Mitra Terdekat AS Hadapi Tiongkok

- 9 November 2020, 17:17 WIB
Presiden dan Wakil Presiden terpilih Amerika Serikat 2020 Joe Biden dan Kamala Harris.
Presiden dan Wakil Presiden terpilih Amerika Serikat 2020 Joe Biden dan Kamala Harris. /Instagram.com/@kamalaharris/

PR BEKASI – Presiden dan Wakil Predien terpilih Amerika Serikat (AS) 2020 Joe Biden dan Kamala Harris dikabarkan akan membuat Indonesia menjadi mitra terdekat AS dalam menghadapi Tiongkok.

Hal itu disampaikan oleh Pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia Beni Sukadis.

"AS menganggap Indonesia sebagai mitra terdekat di Asia Tenggara untuk menghadapi agresivitas China di Laut China Selatan (LCS)," kata Beni, di Jakarta, pada Senin, 9 November 2020, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

Baca Juga: Kasus Sengketa Tanah di Cakung Dinilai Penuh Rekayasa, Haris Azhar: Ada Buzzer yang Dikerahkan

Sehingga, menurutnya sangat mungkin Indonesia menjadi mitra keamanan terdekat selain dengan Singapura, Vietnam dan Filipina.

Kendati demikian, lanjut dia, terpilih Biden sebagai Presiden AS tidak akan berpengaruh banyak terhadap pertahanan Indonesia.

Dia menyebutkan, hubungan militer antara Indonesia dengan AS merupakan yang terbesar jika dibandingkan antara Indonesia dengan negara lain.

Baca Juga: Rekam Jejak Partai Masyumi di Era Kejayaan, 'Alat' Jepang untuk Kuasai Simpati 4 Ormas Islam Besar

Berdasarkan data pada 2018-2019, setidaknya ada hampir 200 kegiatan per tahun terkait kerja sama pertahanan antara AS dengan Indonesia.

"Ini artinya kerja sama di bidang alat utama sistem persenjataan dan peningkatan kapasitas militer kita akan tetap seperti yang sudah ada," ucap Beni Sukadis.

Terkait persoalan HAM sendiri, kata dia, kemungkinan akan diangkat dalam masa pemerintahannya.

Baca Juga: Daryono, Kiper yang Pernah Bawa Persija Juara Liga 1 Meninggal Dunia

"HAM hanya sedikit diangkat tapi bukan fokus utama. Karena yang galak sebenarnya Kongres AS, bukan eksekutif. Kita harus lihat juga siapa Security of State AS yang akan dipilih Biden," ucap dia.

Tetapi, dalam beberapa waktu ke depan pemerintah AS masih akan berkonsentrasi pada persoalan Covid-19 di dalam negerinya.

"Sehingga menurut saya tidak terlalu fokus, soal politik luar negeri tetap fokus Laut China Selatan (LCS), nuklir Korea, dan multilateralisme," ujarnya.

Baca Juga: Pernah Berjaya Jadi Partai Islam Terbesar, Pengamat: Masyumi Akan Sulit Gaet NU dan Muhammadiyah

Seperti dilaporkan sebelumnya, setelah empat hari, kandidat partai Demokrat Joe Biden memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat pada Sabtu, 7 November 2020.

Kepastian itu diperoleh setelah Biden merebut Pennsylvania dan Nevada sehingga total sementara perolehan suara elektoral bagi Biden adalah 290 suara elektoral atau 20 suara elektoral lebih banyak dari batas 270 suara elektoral agar memenangkan pemilihan presiden AS tahun ini.

Biden yang akan menjadi presiden AS ke-46 itu masih bisa menambah 16 suara elektoral dari Georgia dan tengah membuntuti Trump di North Carolina yang memiliki 15 suara elektoral.

Baca Juga: Warisi Biden Negara yang Sakit, Pengamat: Trump Bisa Habiskan 90 Hari Terakhirnya Hancurkan Amerika

Biden bersama Kamala Harris juga unggul baik dalam suara elektoral maupun popular vote setelah juga melampaui Trump dalam jumlah popular vote, 75 juta suara melawan 70.6 juta suara.

Pasangan Biden-Harris dijadwalkan dilantik pada 20 Januari 2021. Mereka akan memimpin AS hingga 2025.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x