Profesor Amerika Sebut Alam Semesta Merupakan Jaringan Syaraf

12 September 2020, 15:04 WIB
Ilustrasi alam semesta merupakan jaringan syaraf. /PIXABAY/

PR BEKASI - Bagi penggemar film The Matrix, tentu tidak akan lupa bagaimana saat Neo terbangun dari mimpi seumur hidupnya setelah menelan pil biru, dan tiba-tiba melihat tumpukan besar manusia-manusia dalam tabung-tabung yang saling terkoneksi ke "jaringan syaraf mesin".

Tentu saja itu hanya ada dalam dunia fiksi. Meski demikian, sebuah konsep yang disampaikan seorang fisikawan di Amerika Serikat memberikan penjelasan tentang bagaimana alam semesta terhubung yang hampir mirip dengan situasi di atas.

Sebuah konsep baru yang berkemungkinan menjadi jawaban "Teori Segalanya" (Theory of Everything) ini diperkenalkan oleh Vitaly Vanchurin, seorang profesor fisika di University of Minnesota Duluth.

Baca Juga: 800 Hektare Lahan Padi di Kabupaten Bekasi Terancam Kekeriangan dan Gagal Panen Jika Kemarau Terus

Konsep yang disampaikan Vitaly menggambarkan bahwa seluruh alam semesta merupakan rangkaian jaringan syaraf yang besar berdasarkan perhitungan persamaan mekanika kuantum dan klasik yang dilakukannya.

Vitaly menjelaskan bahwa dari persamaan yang didapatnya ia berkesimpulan bahwa perilaku alam semesta ini menggambarkan bagaimana sistem jaringan syaraf berperilaku.

"Apa yang saya tunjukkan adalah bahwa persamaan mekanika kuantum menggambarkan dengan cukup baik perilaku sistem yang mendekati ekuilibrium, dan persamaan mekanika klasik menjelaskan dengan cukup baik bagaimana sistem tersebut semakin menjauh dari ekuilibrium," katanya, seperti dinukil Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI, Sabtu, 12 September 2020.

Baca Juga: Nyamar Jadi Polisi, Tiga Pelaku Pencurian dan Pemerasan di Jakarta Berhasil Digelandang Polisi

"Kebetulan? Mungkin, tapi sejauh yang kita tahu mekanika kuantum dan klasik persis (menggambarkan) cara kerja dunia fisik," katanya.

Sulitnya melakukan pengukuran, khususnya dalam konteks kosmologi, yang memadukan persamaan mekanika kuantum, teori relativitas umum, dan apa yang diamati dari pengamat membuat Vitaly melihat celah untuk mengajukan konsep ini.

"Saya mempertimbangkan kemungkinan lain bahwa jaringan saraf mikroskopis adalah struktur fundamentalnya, sementara segala sesuatu yang lainnya, yaitu mekanika kuantum, teori relativitas umum, dan pengamat makroskopik, semua itu muncul dari sini. Sejauh ini semuanya tampak menjanjikan," tuturnya.

Baca Juga: Kembangkan Baterai Kendaraan Listrik, Hyundai Gandeng Mitra Lokal

Menurut Vitaly, idenya muncul saat menerapkan metode mekanika statistik untuk mempelajari perilaku jaringan saraf saat mengeksplorasi pembelajaran mendalam (deep learning) dalam sistem pembelajaran mesin (machine learning).

"Ternyata dalam batasan tertentu, dinamika pembelajaran (atau pelatihan) jaringan saraf sangat mirip dengan dinamika kuantum yang kita lihat dalam fisika," ucapnya.

"Pada saat itu saya sedang (dan masih) cuti dan memutuskan untuk mengeksplorasi gagasan bahwa dunia fisik sebenarnya adalah jaringan saraf. Idenya memang gila, tetapi apakah itu cukup gila untuk menjadi kenyataan? Itu masih harus dilihat," ungkap Vitaly.

Baca Juga: Single Terbaru Sabyan 'Teman Sejati' Gandeng Penyanyi Dangdut, Ayus: Genre Kasidah Dangdut

Saat ditanya apakah dengan teori ini berarti seluruh kehidupan berada dalam sebuah ruang simulasi, Vitaly tegas menjawab tidak.

"Kita hidup dalam jaringan syaraf, tapi kita mungkin tidak akan pernah tahu perbedaannya.” tutupnya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler