Hari Ini Rebo Wekasan, Simak Penjelasan Asal-usul dan Ritual yang Dilakukan

14 Oktober 2020, 11:11 WIB
Ilustrasi orang berdoa. /PIXABAY

PR Bekasi – Malam Rabu Wekasan jatuh pada Selasa Pahing malam atau Rabu Pon tanggal 26 Safar 1442 Hijriyah atau 13 Oktober 2020. Beberapa daerah menyebutnya Rebo Wekasan.

Dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs resmi Pondok Pesantrean Riyadhul Jannah Surakarta pada Rabu, 14 Oktober 2020, Rabu Wekasan merupakan tradisi ritual yang dilakukan pada hari Rabu terakhir di bulah Safar.

Bermula dari anjuran Syekh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (w.1151 H) dalam kitab ‘Fathul Malik Al-Majid Al-Mu-Allaf Li Naf’il ‘Abid Wa Qam’i Kulli Jabbar ‘Anid (biasa disebut: Mujarrobat ad-Dairobi).

Baca Juga: Anies Baswedan Disebut Tak Libatkan Legislatif Terkait PSBB DKI Jakarta, DPRD: Hanya Nonton Saja

Anjuran serupa juga terdapat pada kitab ‘Al-Jawahir Al-Khams’ karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-‘Atthar (w.970 H), Hasyiyah As-Sitti, dan lainnya.

Dalam kitab-kitab tersebut menyebutkan, salah seorang Waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (kedudukan tertinggi dan sulit dimengerti orang lain).

Ia mengatakan bahwa dalam setiap tahun pada Rabu terakhir bulan Safar, Allah SWT menurunkan 320.000 macam bala dalam satu malam.

Oleh karena itu, beliau menyarankan umat Islam untuk salat dan berdoa memohon agar dihindarkan dari bala bencana tersebut.

Baca Juga: Sempat Dituduh Jadi Sebab Munculnya Covid-19, Inilah Negara-negara yang Terhubung dengan Jaringan 5G

Salat Rabu Wekasan terdiri dari 4 rakaat dan setiap rakaat membaca surat Al-Fatihah, surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali, Al-Falaq dan An-Nas  masing-masing 1 kali.

Kemudian setelah salam, membaca doa khusus yang dibacakan sebanyak 3 kali. Waktunya dilakukan pada pagi hari (waktu Dhuha).

Sementara ritual lain yang sering dilakukan pada Rabu Wekasan selain salat yakni berdoa khusus, meminum air jimat, selamatan, sedekahan, silaturahim, dan berbuat baik kepada sesama.

Hal tersebut dilakukan guna memohon perlindungan kepada Allah SWT dari berbagai macam malapetaka yang akan terjadi pada hari tersebut.

Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lainnya.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler