Studi: 8.7 Juta Kematian di Seluruh Dunia Akibat Bahan Bakar Fosil Terjadi Tahun 2018

- 16 Februari 2021, 16:52 WIB
Ilustrasi pencemaran udara akibatkan 8.7 kematian di seluruh dunia pada tahun 2018.
Ilustrasi pencemaran udara akibatkan 8.7 kematian di seluruh dunia pada tahun 2018. /PIXABAY

PR BEKASI - Sebanyak 8.7 juta kematian di seluruh dunia tercatat pada tahun 2018 akibat pencemaran udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi.

Statistik tersebut terungkap dalam studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Harvard, Universitas Birmingham, Universitas Leicester dan Universitas College London di Inggris.

Menurut penelitian tersebut, diperkirakan satu dari lima orang meninggal pada tahun 2018 diakibatkan oleh polutan yang berasal dari bahan bakar fosil.

Baca Juga: Ungkap Sering 'Diserang' Kata-kata Kasar, Anies Baswedan: Kuping Gak Boleh Tipis

Baca Juga: Penahanan Ambroncius Nababan Diperpanjang, Polri: Kasus Belum Dilimpah ke Kejaksaan

Baca Juga: Fahri Hamzah Sarankan Pemerintah Cabut UU ITE daripada Merevisinya

Sehingga jumlah kematian akibat bahan bakar fosil melebihi jumlah orang yang meninggal setiap tahun akibat merokok dan malaria sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Astro Awani Selasa, 16 Februari 2021.

Menurut laporan tersebut, negara-negara dengan konsumsi bahan bakar terbanyak sebagai sumber tenaga untuk pabrik, perumahan, dan kendaraan mencatat jumlah kematian tertinggi.

Rata-rata negara di Asia Timur mencatat jumlah kematian tertinggi, lebih dari 30 persen melibatkan orang dewasa berusia 14 tahun ke atas.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Klaim Gerakan Jateng di Rumah Aja Berdampak Signifikan: Tidak Ada Lagi Daerah Zona Merah

Sementara itu, Eropa mencatat 16.8 persen kematian diikuti oleh Kanada, dan Amerika Serikat dengan masing-masing 13.6 persen dan 13.1 persen.

Jurnal Riset Lingkungan juga memperkirakan angka kematian baru menjadi lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya berdasarkan biaya kematian akibat bahan bakar fosil.

Studi yang dilakukan lebih detail meliputi efek partikel partikel  yang dilepaskan dari tumbuhan, kendaraan, dan sumber lainnya.

Baca Juga: Hadapi Para Pengkritik, Anies Baswedan: Kalau di Wilayah Publik, Kupingnya Tidak Boleh Tipis

Sebelumnya, sebuah studi yang diterbitkan oleh Lancet pada 2019 menemukan bahwa 4.2 juta kematian tercatat setiap tahun akibat polusi udara yang ditimbulkan oleh debu dan asap api termasuk bahan bakar fosil.

Sementara menurut data dari WHO menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang menghirup udara yang mengandung polutan tingkat tinggi.

WHO bekerja sama dengan negara-negara untuk memantau polusi udara dan meningkatkan kualitas udara.

Baca Juga: Ungkap Kronologi Didiagnosa Kanker Prostat, Kak Seto: Tiba-tiba Saya Ambruk, Badan Panas Tinggi

Dari kabut asap yang berada di perkotaan kota hingga asap di dalam rumah, polusi udara merupakan ancaman besar bagi kesehatan dan iklim.

Efek gabungan dari pencemaran udara luar dan rumah tangga menyebabkan sekitar tujuh juta kematian prematur setiap tahun.

Sebagian besar akibat jangka panjang dari polutan yang meningkat berbagai  berbagai macam penyakit kronis seperti stroke, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis, kanker paru-paru dan infeksi saluran pernapasan akut.

Baca Juga: Arab Saudi Tangkap Ulama Perempuan karena Terus Berdakwah dan Mengajar Al-Quran di Rumah

WHO juga mencatat Perencanaan kota yang buruk, yang menyebabkan penyebaran polutan meningkat dan ketergantungan yang berlebihan pada kendaraan pribadi, juga merupakan faktor utama dalam percepatan emisi polusi.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Astro Awani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x