Setahun Pembelajaran Jarak Jauh, Pernikahan Dini dan Fenomena Learning Loss Makin Marak

- 31 Mei 2021, 10:30 WIB
Ilustrasi dampak negatif dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Ilustrasi dampak negatif dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). /Pixabay/HaticeEROL

PR BEKASI - Indonesia Menerapkan Pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau yang biasa disebut pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19 sudah berlangsung lebih dari satu tahun.

Lebih dari satu tahun PJJ diterapkan di Indonesia, walaupun dinilai efektif dan menjadi solusi mencegah penyebaran Covid-19, pelaksanaan model pembelajaran daring ini ternyata memunculkan fenomena berbagai kendala dan efek negatif.

Selain tidak maksimalnya sistem daring dalam mengajarkan aspek afektif seperti kepribadian, sikap, dan karakter, pembelajaran daring juga mengakibatkan fenomena yang disebut sebagai Learning Loss.

Baca Juga: Kemdikbud Sebut PJJ Berdampak Menggembirakan pada Keberlangsungan Sekolah, Simak Penjelasannya

Fenomena Learning Loss adalah suatu keadaan di mana peserta didik malas belajar dan cenderung melupakan sekolahnya

Para siswa seakan sudah jenuh dan bosan dan mengalami zoom vertigo atau kelelahan mengikuti zoom.

Menurut Direktur GTK Madrasah Kementerian Agama Moh Zain, fenomena ini menggejala dan mengakibatkan angka putus sekolah meningkat akibat pandemi Covid 19.

Baca Juga: Studi: Pakai Piama saat WFH atau PJJ Tak Kurangi Tingkat Produktivitas Meski Pengaruhi Kesehatan Mental

Hal ini menurutnya harus menjadi perhatian serius seluruh elemen terkait khususnya pendidik dan tenaga pendidikan untuk terus berinovasi dan meningkatkan kapasitas serta kompetensi dirinya.

Tahun-tahun ini menurutnya harus disadari oleh para guru karena sangat berbeda dengan dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Para guru harus mengubah mindsetnya agar tidak tergagap-gagap menghadapi situasi new normal ini," ujarnya dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs Kemenag.

Baca Juga: Beri Ide Baru Soal Masalah PJJ, Muhadjir Effendy: Solusinya Siswa Harus Mampu Buat Kelompok Belajar

Terkait dengan kebijakan tatap muka yang akan segera dilakukan pada tahun ajaran baru ini, Zain berharap pada para guru untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan blended learning atau mengombinasikan pembelajaran tatap muka dan daring.

"Guru harus dapat memanfaatkan media digital, dan juga membuat konten pembelajaran yang inovatif," ungkapnya

Selain Learning Loss yang muncul, pembelajaran daring juga memunculkan efek psikologis lain bagi para pelajar.

Baca Juga: Kembali Terima Informasi Pelajar Bunuh Diri, KPAI Minta Kemendikbud Segera Evaluasi PJJ

Di antaranya diungkapkan Praktisi Pendidikan Konseling Lampung, Siti Aminah yang menyebut pembelajaran daring atau online dapat memicu dan pernikahan dini para pelajar.

Pernikahan pelajar akibat sistem pembelajaran online ini lanjutnya diakibatkan banyak faktor, di antaranya lemahnya kontrol atau pengawasan baik oleh orang tua maupun pendidik.

“Penegakkan disiplin dan peraturan yang lemah di rumah juga berdampak pada kepribadian anak. Anak jadi punya peluang melakukan hal-hal negatif, bebas memegang smartphone dan tanpa pengawasan orang tua. Berselancar di dunia maya dengan mengakses hal-hal negatif. Orang tua harusnya mengarahkan anaknya untuk berinternet dengan cerdas dan bijak,” ujarnya.

Baca Juga: Dukung Sulitnya Menempuh PJJ, Advan Luncurkan Ponsel Murah, Berikut Spesifikasinya

Dengan lemahnya pengawasan juga, anak-anak bisa terjerumus pada pergaulan remaja yang bebas. Padahal mereka belum memahami akan dampak-dampak negatif yang muncul dari pergaulan bebas yang diawali dengan aktivitas pacaran bahkan berani melakukan seks pra-nikah.

Memiliki waktu luang dan libur yang banyak di era Covid-19 ini seharusnya diisi dengan kegiatan positif. Namun sekarang ini menurut Aminah sangat perlu untuk diawasi, didampingi, dan diarahkan dalam menyikapi banyaknya waktu luang.

“Efek pembelajaran daring terlihat menimbulkan rasa malas atau slow response pada anak dan cenderung menjadi generasi anti sosial yang tidak peduli pada lingkungan sekitar,” ujar Aminah dikutip dari situs NU.

“Sifat masa bodo dan cuek terhadap info penting dari sekolah di WA group pun muncul. Adab dan sopan santun terhadap guru rendah serta berbagai hal lain seperti tampilan fisik yang tidak mencerminkan seorang pelajar,” ujarnya

Ia pun sering mendapatkan keluhan dari orang tua terkait dengan hal ini. Para orang tua banyak yang mengaku menyerah dan tak sanggup untuk totalitas memantau anak dalam kegiatan tugas belajar secara daring, berbagai alasan seperti kerja dan tidak memiliki keahlian mengajar.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: NU Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x