PR BEKASI - Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), enam juta orang setiap tahunnya meninggal dunia akibat mengisap rokok secara aktif, sedangkan 900.000 orang lainnya tutup usia karena menjadi perokok pasif.
Dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Dunia tepat hari ini 31 Mei 2021. Awal mula merunut masyarakat terdahulu memandang tembakau sebagai "obat dari Tuhan" yang dapat menyelamatkan nyawa sampai mendapat julukan 'ilalang mematikan'.
Sejarah berabad-abad merokok dianggap sebagai kebiasaan sehat sehingga tanaman tembakau, Nicotiana, mendapat julukan 'tanaman suci' dan 'obat dari Tuhan' pada abad ke-16.
Baca Juga: Dijual Eceran untuk Anak-Anak, BNN Bongkar Penyalur Tembakau Gorila di Jateng
Bahkan, seorang peneliti medis asal Belanda bernama Gilles Everaerts meyakini bahwa sedemikian tingginya manfaat tembakau, sebagian dokter akan menganggur.
"Asapnya merupakan penawar semua racun dan penyakit-penyakit menular," tulis Everaerts dalam buku terbitan 1587 berjudul Panacea; or the Universal Medicine, being a Discovery of the Wonderful Virtues of Tobacco taken in a Pipe.
Dengan kata lain, Everaerts menganggap tembakau adalah obat dari semua penyakit yang bisa digunakan dengan membakar dan mengisapnya melalui pipa.
Baca Juga: Harga Rokok Masih terjangkau Meski Cukai Naik, Upaya Pengendalian Tembakau Dikhawatirkan Tak Optimal
Orang Eropa pertama yang mencoba menggunakan tembakau untuk tujuan medis adalah Christopher Columbus, menurut sebuah artikel karya Prof Anne Charlton dalam Journal of the Royal Society of Medicine.