Ingin Tentukan Tingkat Ekspansi Alam Semesta, NASA Tunggu Fenomena Supernova Requiem

- 14 September 2021, 18:59 WIB
NASA menunggu kembali fenomena Supernova Requiem untuk mengetahui tingkat ekspansi alam semesta. /Aaron Geller/Northwestern University.
NASA menunggu kembali fenomena Supernova Requiem untuk mengetahui tingkat ekspansi alam semesta. /Aaron Geller/Northwestern University. /Handout via REUTERS.

PR BEKASI - Astronom NASA sedang menunggu kembalinya fenomena ruang angkasa Supernova Requiem yang dapat membantu para ilmuwan menentukan tingkat ekspansi alam semesta.

Supernova sendiri merupakan ledakan yang sangat besar dari suatu bintang besar dan masif yang berada di titik tertentu dalam siklus hidupnya.

Fenomena tersebut disebabkan oleh keruntuhan inti gravitasi di mana dapat memancarkan energi lebih banyak daripada nova dan kecerahannya dapat bertahan hingga beberapa bulan.

Baca Juga: NASA Tunda Peluncuran Roket usai Rumah Sakit Kekurangan Oksigen untuk Pasien Covid-19

Sekitar 10 miliar tahun yang lalu, sebuah bintang di konstelasi Cetus menemui ajalnya dan meledak menjadi supernova yang dahsyat.

Beberapa cahaya dari ledakan tersebut mencapai Bumi pada 2016 yang diabadikan oleh oleh teleskop milik NASA, Hubble Space Telescope 3.0 yang berbeda dari cahaya.

Karena kekhasan kosmik yang dikenal sebagai lensa gravitasi, cahaya supernova telah menyala dan mati seperti bola lampu yang rusak, dan para astronom memperkirakan itu akan muncul kembali di teleskop kita sekitar 2037 mendatang.

Baca Juga: NASA Peringatkan Dunia: Ada Asteroid yang Akan Menghantam Bumi pada Mei 2022

Menurut NASA, ini akan menjadi penampakan supernova keempat yang diketahui meledak di kluster galaksi MACS J0138.

Gugus galaksi mungkin berisi ribuan galaksi dari segala bentuk dan ukuran, dengan berat jutaan dan miliar kali lebih banyak daripada Matahari kita.

Karena massa kolektif mereka yang mengesankan, gugusan galaksi secara drastis membengkokkan struktur ruang dan waktu, menyebabkan semua cahaya yang melewatinya berubah jalur.

Baca Juga: NASA: Asteroid Sebesar Gedung Pencakar Langit Sedang Mendekat ke Bumi, Segera Capai Jarak Terdekat

Efek ini dikenal sebagai lensa gravitasi dan diprediksi oleh teori relativitas umum Albert Einstein yang monumental pada 1915.

Lensa gravitasi inilah yang menyebabkan Supernova Requiem muncul sebagai tiga titik cahaya, bukan satu pada 2016.

Saat cahaya supernova melewati cluster MACS J0138, cahaya itu terbelah dan tersebar menjadi beberapa gambar.

Baca Juga: Bahaya Siklus 'Goyangan' Bulan, NASA Minta Warga Dunia Waspadai Kenaikan Permukaan Laut dan Banjir di Bumi

Yang lebih menggelitik, perbandingan gambar Hubble yang diambil pada tahun 2016 dan 2019 menunjukkan cahaya supernova telah hilang sama sekali.

Gabe Brammer dari Cosmic Dawn Center di Niels Bohr Institute, Universitas Copenhagen, Denmark mengatakan masing-masing dari tiga objek dipasangkan dengan gambar lensa galaksi masif yang jauh.

"Itu bukan galaksi yang jauh tetapi sebenarnya sumber sementara dalam sistem ini yang telah memudar dari pandangan pada gambar 2019 seperti bola lampu yang dimatikan," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Selasa, 14 September 2021.

Baca Juga: Asteroid Psyche 16 Dijuluki 'Tambang Emas' Tata Surya Akan Dikunjungi Nasa pada 2026

Tapi cahaya itu tidak akan hilang untuk selamanya karena para astronom memperkirakan itu akan muncul kembali di beberapa titik dalam 16 tahun ke depan.

Ketika cahaya itu muncul lagi, para ilmuwan berpikir mereka akan memiliki kesempatan untuk mempersempit sosok kosmik yang telah diperdebatkan dengan hangat dalam beberapa tahun terakhir untuk mengetahui tingkat ekspansi alam semesta.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x