Siaran TV Analog Akan Dihentikan Mulai 2 November 2022, Pemerintah Ajak Masyarakat Beralih ke TV Digital

15 Maret 2021, 11:42 WIB
Ilustrasi Televisi - Pemerintah akan menghentikan siaran televisi analog mula 22 November 2022. /Pixabay/afra32/

PR BEKASI -  Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengumumkan bahwa pemerintah akan menghentikan siaran televisi analog atau Analog Switch Off (ASO) paling lambat mulai 2 November 2022 pukul 24.00 WIB.

Sebagai gantinya, masyarakat dapat menikmati layanan televisi digital secara nasional dan gratis dengan sejumlah manfaat, seperti kualitas gambar dengan resolusi tinggi dan suara yang lebih jernih, serta akan lebih banyak pilihan saluran televisi yang bisa dinikmati.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemkominfo Ahmad Ramli mengatakan, migrasi siaran televisi dari analog ke digital dapat berdampak positif bagi Indonesia terutama pada sektor teknologi dan ekonomi.

Baca Juga: 'Hilang' Pasca KLB Demokrat, Moeldoko Kedapatan Tengah Bersama Pedagang Gerobak Sayur di Pinggir Jalan

Baca Juga: Sah Jadi Suami Kalina Oktarani, Vicky Prasetyo: Insyaallah Ini Pelabuhan Terakhir Sang Gladiator

Baca Juga: Sebut Moeldoko Telah Tertipu KLB Abal-abal, Taufik Rendusara: Tak Perlu Dipecat Jokowi, Minta Maaflah Pada AHY

Hal itu disampaikan Ahmad Ramli dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB): Membangun Ekosistem Penyiaran Televisi Digital, yang berlangsung virtual dari Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, Rabu, 10 Maret 2021.

"Ini kan kalau kita lihat misalnya masyarakat menggunakan TV analog, artinya kita tidak masuk ke teknologi digital. Maka fitur-fitur, kemudian kualitas gambar itu juga menjadi sangat seperti saat ini, terbatas, tidak maksimal," kata Ahmad Ramli, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com situs resmi Kominfo, Senin, 15 Maret 2021.

Ahmad Ramli mengatakan, jika Indonesia sudah sepenuhnya menggunakan televisi digital tentu akan berdampak sangat baik.

Baca Juga: Anies Baswedan Tak Dikenali Saat Nongkrong di Warkop, Pengunjung: Saya Doakan Bapak Biar Cepat Dapat Eselon

Oleh karena itu, Ahmad Ramli mengajak masyarakat untuk segera mengecek televisi di rumah, apakah saat ini sudah beralih dari analog ke digital atau belum.

"Saya ingin mengajak masyarakat untuk mengecek, coba cek TV-nya masing-masing. Lihat, sudah digital atau belum. Kalau belum, dua alternatifnya. Kalau punya budget, tukar TV ke digital. Tapi kalau tidak punya budget, maka gunakan yang namanya set top box," tutur Ahmad Ramli.

Ahmad Ramli menjelaskan set top box merupakan suatu alat yang bisa dihubungkan ke perangkat televisi, sehingga perangkat analog secara otomatis bisa beralih ke digital.

Baca Juga: Hamil Anak Kedua, Paula Verhoeven Sewa Satu Bioskop untuk Kejutkan Baim Wong

"Harganya (alat set top box) di pasaran bisa 150 ribu sampai 250 ribu, tapi intinya sama dengan kalau kita beli pulsa bulanan," ujar Ahmad Ramli.

Oleh karena itu, Ahmad Ramli mengajak masyarakat untuk segera beralih ke penyiaran digital, agar dapat menikmati beragam konten yang ditawarkan siaran digital.

"Jadi saya ingin mengajak masyarakat segera beralih ke digital juga, karena banyak sekali konten-konten yang ditawarkan oleh stasiun TV sekarang secara simultan yang sudah digital," kata Ahmad Ramli.

Menurutnya, saat ini sudah banyak stasiun TV yang membuka siaran digital di berbagai daerah dan kualitasnya bagus sekali.

Baca Juga: Beri Pesan Menohok untuk Kekasih Baru Kaesang Pangarep, Inul Daratista: Jadikan Kerudungmu Indah Sesuai Hatimu

"Saya mendapat laporan terus dari stasiun TV bahwa dia sudah membuka digital di daerah mana saja dan begitu saya cek bagus sekali," ujar Ahmad Ramli.

Selain itu, Ahmad Ramli juga menjelaskan, keuntungan lain dari aspek teknologi adalah terjadinya penghematan yang signifikan.

"Karena kalau misalnya dulu yang namanya satu kanal itu hanya bisa digunakan oleh satu TV, Kalau di sini bisa sampai 12 TV," ucap Ahmad Ramli.

Baca Juga: Colek Jokowi dan AHY, Arief Poyuono: Cita-citaku Jadi Presiden RI, Tapi Gak Berani Ambil Alih Partai

Dengan rasio 1 banding 12 tersebut, penyelenggara penyiaran dinilai tidak harus mempunyai infrastruktur multiplexer. Sama halnya dengan teknologi 5G yang secara otomatis mempunyai 112 MHz di frekuensi 700 akan terdorong lebih cepat. 

"Saat ini masyarakat keluhannya hanya satu, sinyal internet jelek dan seterusnya, antara lain karena frekuensi kita terbatas," tutur Ahmad Ramli.

Sedangkan keuntungan dari sisi ekonomi, Ahmad Ramli mencontohkan, jika 10% broadband internet bertumbuh, akan ada dampak sekitar 1,25% untuk pertumbuhan ekonomi. 

Baca Juga: Tugas Moeldoko sebagai KSP Dinilai Berat, Irwan Fecho: Minta Maaf pada SBY-AHY dan Mundur dari Ketum Hasil KLB

"Ini kan sebetulnya spektakuler, dan sekarang kita rasakan ketika semua orang berhenti berkegiatan seperti di mall tutup, tempat wisata tutup, dan lain-lain, tapi yang namanya perdagangan online jalan terus, karena apa? Karena internet," tuturnya.

Menurutnya, salah satu sektor yang tidak bisa dibatasi oleh pandemi Covid-19 adalah akses ekonomi melalui jaringan telekomunikasi. 

"Kita bisa menyaksikan sekarang begitu banyak, mungkin jutaan orang yang tadinya mungkin tidak punya pekerjaan, jadi punya pekerjaan minimal jadi driver Gojek. Kalau kita masih (jaringan seluler) 2G atau 3G, gak mungkin ada Gojek yang bisa beroperasi dengan fasilitas online seperti itu," tutur Ahmad Ramli.***

Editor: Rika Fitrisa

Sumber: Kominfo

Tags

Terkini

Terpopuler