Dolar Merosot, Yen Melonjak Setelah Shinzo Abe Umumkan Pengunduran Diri

29 Agustus 2020, 13:30 WIB
ILUSTRASI kurs dolar.* /REUTERS/

PR BEKASI – Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang yang menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya akibat kondisi kesehatannya yang kian memburuk.

Dolar Amerika Serikat (AS) merosot pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat atau Sabtu, 29 Agustus 2020, pagi WIB.

Kerangka kebijakan barau Federal Reserve AS menujukkan bahwa suku bunga akan tetap rendah, sementara yen melonjak.

Baca Juga: Syahrul Yasin Limpo Resmi Tetapkan Ganja sebagai Tanaman Obat Binaan

Yen melonjak diakibatkan oleh pengumuman pengunduran diri Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang.

Setelah berita pengunduran diri Shinzo Abe tersebut, diketahui secara signifikan Yen menguat terhadap dolar AS.

Kekhawatiran mengenai kemungkinan pergeseran dari kebijakan ekonomi ekspansif Abe, yang dikenal sebagai Abenomics, mendorong pergerakan dalam mata uang safe-haven, kata investor.

Baca Juga: Sinopsis Come and Find Me, Ungkap Keberadaan sang Kekasih Miterius yang Tayang Malam Ini

Dikabarkan Dolar terakhir jatuh 1,1 persen terhadap Yen menjadi 105,38.

"Anda melihat penguatan Yen karena sedikit ketidakpastian," kata Lou Brien, ahli strategi di DRW Tranding di Chicago, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

"Abenomics telah menjadi salah satu strategi ekonomi yang paling berpengaruh," sambungnya.

Baca Juga: Cek Fakta: Said Aqil Siradj Disebut Telah Menjual Tanah untuk Masjid ke Gereja

Geenback melanjutkan penurunannya terhadap sekeranjang mata uang utama setelah pernyataan Ketua Fed Jerom Powell di konverensi virtual, Jackson Hole.

Powell menjelaskan bahwa bank sentral AS akan berupaya untuk menjaga inflasi pada rata-rata dua persen.

Sehingga, periode inflasi yang terlalu rendah kemungkinan akan diikuti oleh upaya mengangkat inflasi di atas dua persen untuk beberapa waktu.

Baca Juga: Dinilai Tak Maksimal Urus Jakarta, Anies Baswedan Diminta Libatkan Sejumlah Aktivis

Dalam praktiknya, pelaku pasar memperkirakan bahwa ini artinya suku bunga sangat rendah saat ini akan tetap lebih rendah lebih lama.

Sehingga menekan Dolar, setelah pulih dari penurunan awal pada Kamis, 27 Agustus 2020 lalu. Namun, setelah pidato Powell tersebut, Dolar kembali melemah.

Indeks Dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir merosot 0,7 persen pada 92,325.

Baca Juga: Cek Fakta: Gatot Nurmantyo Disebut Akan Beri Gaji Rp5 Juta Per Jiwa Jika Terpilih Jadi Presiden 2024

Boris Schlossberg, direktur pelaksana strategis valas di BK Asset Management New york menjelaskan, baik kebijakan Fed yang dovish maupun pemulihan ekonomi AS yang lamban telah membantu menekan Dolar.

Selain itu Scholossberg juga menambahkan bahwa penerbitan obligasi pemerintah yang banyak selama bulan depan juga memungkinkan akan menjaga greenback lebih rendah.

Schlossberg juga mengatakan pasar mata uang meragukan tentang dampak jangka panjang dari pemulihan di AS. Jadi ini lebih banyak aset-aset non-AS.

Baca Juga: 100 Orang Bakar Mapolsek Ciracas, Dandim 0505 Jaktim: Anggota Kami Tak Terlibat 

Sementara investor mengatakan kenaikan Euro mendekatkannya ke level teknis hampir 1,19 Dolar, yang telah diuji secara berkala selama sebulan terakhir.

Pasar mata uang secara luas mendukung risiko. Dolar Selandia Baru mencapai level tertinggi terhadap Dolar AS sejak januari.

Sementara Dolar Australia naik ke level tertinggi sejak Desember 2018.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler