PR BEKASI - Gojek dan Tokopedia merupakan dua perusahaan teknologi yang menjadi andalan masyarakat saat ini.
Dikabarkan bahwa kedua perusahaan teknogi tersebut berencana akan melakukan merger.
Namun, merger Gojek dan Tokopedia tersebut sempat dikhawatirkan akan mengubah struktur pasar.
Baca Juga: 12 Makanan Terbaik yang Dibutuhkan Orang Sakit Agar Cepat Sehat, Wajib Dicoba Saat Menjenguk
Selanjutnya, pengamat menilai bahwa antara Gojek dan Tokopedia jika keduanya dimerger tidak akan mengubah struktur pasar.
Selain itu juga tidak akan berpotensi menghasilkan praktik monopoli.
Karena, Gojek dan Tokopedia disebutkan bahwa keduanya berada di pasar yang berbeda.
Baca Juga: Dikenang Google Doodle Hari Ini 17 Februari 2021, Marie Thomas Dokter Perempuan Pertama di Indonesia
"Itu tidak akan berpengaruh pada peningkatan market share Gojek ataupun Tokopedia karena keduanya bergerak di bidang bisnis yang berbeda," kata Ditha Wiradiputra, dikutip pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antaranews pada Rabu, 17 Februari 2021.
"Karena tidak ada pengaruhnya, maka aksi merger itupun tidak akan pengaruh ke konsentrasi pasar dari masing-masing entitas akibat dari merger tersebut," kata Ditha Wiradiputra, melanjutkan.
Ditha Wiradiputra adalah Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia (LKPU FH UI).
Baca Juga: Meski Kedua Tangannya Ditebas Penjahat, Wanita Ini Berhasil Jadi Chef di Hotel Ternama, Ini Kisahnya
Pernyataan Ditha Wiradiputra tersebut ia sampaikan melalui keterangan di Jakarta.
Rencana merger kedua perusahaan yang menaungi lebih dari 12 juta mitra UMKM tersebut makin santer.
Selanjutnya, diperkirakan bahwa akan menciptakan valuasi bisnis mencapai 35 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Ganjar Pranowo Dibully karena Jalan Pantura Masih Rusak, BBPJN Jateng-DIY Diminta Lakukan Patroli
Tak hanya itu, bahkan hingga 40 miliar dolar AS atau lebih dari Rp560 triliun atau Rp14.000 bila melantai di bursa saham.
Ditha juga menuturkan bahwa aksi merger baru akan menimbulkan masalah jika merger itu melibatkan entitas dari bidang bisnis yang sama.
Misalnya yakni, jika perusahaan Gojek dengan Grab atau Tokopedia dengan Shopee.
Baca Juga: Akibat Demam Serial The Queen's Gambit, Pembuat Papan Catur di Spanyol Kebanjiran Pesanan
Jika hal itu terjadi, tidak menutup kemungkinan akan memicu konsentrasi pasar.
"Mereka pun akan memiliki "market power" yang besar sehingga bisa seenaknya memainkan harga," kata Dhita.
"Dampaknya adalah bisa merugikan konsumen," kata Ditha, menambahkan.
Baca Juga: Buzzer Tuding Museum SBY-ANI Pacitan Dibangun dari Dana Hibah, Rachland Nashidik: Sabar Saja Pak SBY
LKPU sebelumnya mengkaji bahwa rencana merger Gojek dan Tokopedia tidak akan menghasilkan monopoli maupun mengakibatkan terjadi praktik monopoli.
Karena, lanjutnya, berada di pasar relevan yang berbeda, yaitu Gojek di marketplace jasa sementara Tokopedia di marketplace barang.
Oleh sebab itu, tidak ada risiko terjadi penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagai akibat dari aksi merger tersebut.
Baca Juga: Jalin Kerja Sama, Menlu RI dan Menludag Hogaria Resmi Tandatangani Rencana Pembentukan IHIF
Merger juga tidak menghasilkan integrasi vertikal atau monopoli vertikal.
Karena, model bisnis Gojek dan Tokopedia adalah ekosistem terbuka.
Hal itu justru strateginya membuka kesempatan seluas-luasnya untuk kerja sama dengan banyak pihak guna mencapai skalabilitas.
Hal tersebut salah satunya diwujudkan dengan menerima banyak opsi pembayaran dan pengiriman pada masing-masing platform.
Kekhawatiran akan integrasi vertikal yang mana terjadi penguasaan produksi jasa dan barang dinilai tidak akan terjadi karena sifat kedua platform dari awal berdiri adalah tidak eksklusif.
Merger yang dilakukan atas dasar efisiensi pada dasarnya membawa manfaat baru seperti nilai baru atau nilai tambah.
Baik untuk konsumen maupun pelaku usaha, sekaligus mewujudkan efisiensi di pasar secara keseluruhan.
Hal itu justru harus disambut baik sebagai wujud pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.
"Biaya operasional bisa saja berkurang, dan akhirnya itu akan memangkas biaya produksi kedua perusahaan," kata Ditha.
"Sehingga dapat berdampak positif pada output yang bisa dihasilkan," kata Ditha, menambahkan.***