Meski Diperlukan, Konsumsi Suplemen Berisiko Picu Efek Samping

18 September 2020, 07:57 WIB
Ilustrasi suplemen yang dibutuhkan di masa penyakit pandemi covid-19 saat ini. /Pixabay

PR BEKASI - Upaya dalam menjaga daya tahan tubuh menjadi prioritas di tengah pandemi Covid-19.

Anda mungkin telah melakukan protokol kesehatan, melakukan olahraga, bahkan dengan cara mengonsumsi suplemen vitamin untuk tetap sehat di tengah pandemi.

Namun, apakah Anda tahu suplemen bisa menimbulkan efek samping seperti obat pada umumnya?

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari ANTARA, Ketua International Society of Pharmacovigilance (ISoP) Indonesia dr. Jarir At Thobari mengatakan suplemen bisa memiliki efek samping karena di dalamnya tetap ada zat kimia yang ditambahkan dalam proses pembuatan.

Baca Juga: Bawaslu Bentuk Pokja untuk Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020, Polisi Akan Tindak Pelanggar 

"Tidak cuma vitamin yang dimasukan, ada unsur formulasi seperti ditambahkan bahan lain agar obat tidak kedaluwarsa dalam beberapa waktu," webinar Patient Safety Day 2020, Kamis 17 September 2020

Efek samping seperti sembelit, diare, nyeri lambung hingga reaksi alergi kerap dilaporkan oleh orang yang mengonsumsi multivitamin. Namun, pencetus reaksi alergi itu bukan disebabkan oleh vitamin, namun bahan aktif lain yang ada di dalam vitamin tersebut.

"Kalau terjadi seperti itu, hentikan sementara dan laporkan kepada dokter," ucap dia.

Dia menambahkan, konsumsi suplemen tidak perlu bila seseorang sudah mengonsumsi nutrisi baik setiap hari.

Baca Juga: Dongkrak Kesetaraan Gender di Berbagai Lini, PPPA Fokus Prioritas Pembangunan Pemberdayaan Perempuan 

Untuk menjaga sistem kekebalan, setidaknya ada dua jenis yang perlu dicukupi kebutuhannya, yakni vitamin C dan D.

Vitamin C larut dalam air yang secara alami ada di beberapa makanan seperti jeruk, stroberi, brokoli, dan tomat. Vitamin ini juga dikenal sebagai antioksidan yang memainkan peran penting dalam fungsi kekebalan.

Sementara vitamin D larut dalam lemak dan secara alami ada dalam beberapa makanan, seperti ikan berlemak, hati sapi, keju, dan kuning telur. Vitamin ini diproduksi di dalam tubuh ketika sinar UV dari matahari mengenai kulit dan memicu apa yang dikenal sebagai sintesis vitamin D.

Dalam tubuh, vitamin D dapat melakukan banyak hal termasuk memperkuat tulang, mengurangi peradangan, dan membantu fungsi kekebalan.

Baca Juga: Kasus Penemuan Jenazah Polisi, Polda Metro Jaya: Kemungkinan Dibegal atau Tabrak Lari 

Diketahui Vitamin C dan D merupakan contoh suplemen substansi sitentik dari suplemen immonumodulator.

Immunomodulator memiliki dua jenis yakni dengan substansi natural atau substansi sitentik. Sementara untuk substansi natural, seperti yang mengandung ekstrak Echinacea pupurea dan zinc picolinate.

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania mengatakan, konsumsi immunomodulator yang bersifat immuno stimulan kuat bisa setiap hari antara 8 minggu - 16 minggu.

"Biasanya, jeda dua minggu sudah cukup. Setelah itu, kita bisa konsumsi kembali suplemen immunomodulator itu," kata dia.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler