Dewan Ulama Taliban Akan Putuskan Hak Bekerja, Berpendidikan, dan Berpakaian Perempuan Afghanistan

19 Agustus 2021, 12:10 WIB
Taliban mengatakan bahwa peran perempuan di Afghanistan, termasuk hak mereka untuk bekerja, berpendidikan dan, bagaimana mereka harus berpakaian pada akhirnya akan diputuskan oleh dewan ulama Islam. /REUTERS

PR BEKASI - Seorang pemimpin senior Taliban mengatakan bahwa peran perempuan di Afghanistan, termasuk hak mereka untuk bekerja, berpendidikan dan, bagaimana mereka harus berpakaian pada akhirnya akan diputuskan oleh dewan ulama Islam.

Hal tersebut dikatakan oleh Waheedullah Hashimi, seorang pejabat tinggi Taliban yang akses ke pengambilan keputusan kelompok tersebut

"Ulama kami (ulama) akan memutuskan apakah anak perempuan diizinkan pergi ke sekolah atau tidak," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Channel News Asia, Kamis, 19 Agustus 2021.

Baca Juga: Joe Biden Didesak Parlemen AS, Minta Perpanjang Batas Waktu Penyelamatan Warga AS di Afghanistan

Tak hanya itu, dirinya juga mengatakan dewan ulama Islam Taliban juga akan menentukan keputusan apakah wanita Afghanistan wajib menggunakan atau jilbab saja.

"Mereka akan memutuskan apakah mereka harus mengenakan jilbab, burqa, atau hanya kerudung, dengan pakain Panjang seperti abaya atau sesuatu, atau tidak. Itu terserah mereka," katanya

Jilbab biasanya selendang yang menutupi kepala, burqa adalah jubah yang menutupi semua sedangkan abaya adalah jubah yang membiarkan wajah tidak tertutup.

Baca Juga: Berhasil Kembali Kuasai Afghanistan, Berikut 4 Pimpinan Taliban Paling Berpengaruh

Pada Selasa, 17 Agustus 2021, juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan pada konferensi pers di Kabul bahwa perempuan akan diizinkan untuk bekerja dan belajar dan akan sangat aktif dalam masyarakat tetapi dalam kerangka Islam.

Diketahui, selama periode pemerintahan Taliban di Afghanistan pada periode 1996-2001 mereka juga dipandu oleh hukum Islam.

Akan tetapi, di periode tersebut Taliban melarang para perempuan untuk bekerja dan bersekolah.

Selain itu, perempuan juga harus memakai burqa dan ditemani oleh kerabat laki-laki untuk pergi keluar.

Baca Juga: Afghanistan Jatuh ke Tangan Taliban, Donald Trump: Joe Biden Telah Lakukan Hal Gila dan Memalukan Bagi AS

Mereka yang melanggar aturan terkadang mengalami penghinaan dan pemukulan di depan umum oleh polisi agama Taliban.

Para pemimpin Barat mengatakan mereka akan menilai pemerintahan Taliban baru dengan tindakan mereka, termasuk bagaimana mereka memperlakukan anak perempuan dan perempuan.

Pernyataan tersebut diwakili oleh Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson pada Rabu, 18 Agustus 2021.

Baca Juga: Presiden Afghanistan Kabur Bawa Banyak Uang di Helikopter, Aktivis Kemanusiaan: Segala Topeng akan Terkuak

"Kami akan menilai rezim ini berdasarkan pilihan yang dibuatnya, dan dengan tindakannya daripada kata-katanya, pada sikapnya terhadap terorisme, kejahatan dan narkotika, serta akses kemanusiaan, dan hak anak perempuan untuk menerima pendidikan," katanya.

Kekhawatiran para pemimpin Barat tersebut kemudian direspon oleh Hashimi dengan mengatakan Taliban akan sungguh-sungguh melaksanakan hal tersebut.

"Warga Afghanistan 99.99 persen adalah Muslim dan mereka percaya pada Islam. Ketika Anda percaya pada hukum, maka harus menerapkan hukum itu. Kami memiliki dewan ulama. Mereka akan memutuskan apa yang harus dilakukan," katanya.

Baca Juga: Taliban Kendalikan Kabul, Arab Saudi Siap Berdiri Bersama Rakyat Afghanistan

Meskipun mereka telah berhasil menguasai Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir, Hashimi mengatakan bahkan Taliban tidak menyangka akan memasuki Kabul secepat ini.

Namun dirinya mengatakan bahwa kekacauan terjadi di ibu kota setelah Presiden Ashraf Ghani meninggalkan negara itu.

"Oleh karena itu pimpinan kami memerintahkan Taliban kami ke kota Kabul. Tidak ada yang melawan. Tidak ada sama sekali. Jadi kami masuk dan semuanya dikosongkan. Jadi kami menduduki dan sekarang kami menguasai kota Kabul," katanya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Channel New Asia

Tags

Terkini

Terpopuler