PR BEKASI - Baru-baru ini Taliban telah melarang tukang cukur di Provinsi Afghanistan Selatan untuk memotong jenggot.
Kelompok Taliban tersebut mengklaim bahwa memotong jenggot tidak sejalan dengan Syariah atau hukum Islam.
Peraturan tersebut dikeluarkan oleh wakil dan departemen kebajikan pemerintah provinsi Taliban kepada para tukang cukur.
"Sejak saya mendengar (tentang larangan mencukur jenggot) saya patah hati," kata Bilal Ahmad, warga Lashkar Gah.
Selama pemerintahan mereka sebelumnya di Afghanistan, Taliban menganut interpretasi Islam yang keras.
Sejak menguasai Kabul pada 15 Agustus dan kembali mengambil alih negara itu, dunia telah mengamati untuk melihat apakah mereka akan menciptakan kembali pemerintahan ketat mereka pada akhir 1990-an.
Baca Juga: Taliban Gantung Mayat Pelaku Kriminal di Tempat Umum, Tanda Akan Jalankan Cara Masa Lalu
Kemudian beberapa indikasi datang pada Sabtu, ketika pejuang Taliban membunuh empat tersangka penculik dan kemudian menggantung tubuh mereka di alun-alun kota barat Herat.
"Jika ada yang melanggar aturan (mereka) akan dihukum dan tidak ada yang punya hak untuk mengeluh," kata perintah yang dikeluarkan untuk tukang cukur.
Para tukang cukur kebinungngan, karena sampai saat ini belum jelas hukuman apa yang akan mereka terima jika tidak mematuhi aturan dan tetap memotong jenggot.
Baca Juga: Malala Pernah Ditembak Taliban 2012 Silam, Ajak Seluruh Dunia Berpegang Teguh Soal Isu Afghanistan
Selama pemerintahan Taliban sebelumnya, kelompok Islam konservatif menuntut agar pria menumbuhkan jenggot.
Sejak digulingkan dari kekuasaan setelah invasi pimpinan AS pada tahun 2001, jenggot yang dicukur atau dicukur rapi telah menjadi populer di negara itu.
Aturan tersebut pun mendapat beragam respons dari para tukang cukur.
Salah satunya dikatakan oleh Jalaludin, dia berharap Taliban akan mempertimbangkan kembali tuntutan mereka.
"Saya meminta saudara-saudara Taliban kami untuk memberikan kebebasan kepada orang-orang untuk hidup seperti yang mereka inginkan, jika mereka ingin memangkas janggut atau rambut mereka," katanya.
"Sekarang kami memiliki beberapa klien yang datang kepada kami, mereka takut, mereka tidak ingin memotong rambut atau janggut mereka, jadi saya meminta mereka membiarkan orang bebas, jadi kami memiliki bisnis kami dan orang-orang dapat dengan bebas datang kepada kami."
Baca Juga: Taliban Rampas Rumah hingga Lahan Pertanian Warga Afghanistan, Etnis Hazara Syiah Jadi Sasaran Empuk
Tak hanya Jalaluddin, tukang cukur lainnya, Sher Afzal juga mengatakan bahwa keputusan tersebut membuatnya kecewa.
"Jika seseorang datang untuk potong rambut, mereka akan kembali kepada kami setelah 40 hingga 45 hari, sehingga mempengaruhi bisnis kami seperti bisnis lainnya," katanya.***