Demi Kejar Target, AS Direncanakan Lakukan Pengujian Vaksin untuk Covid-19 Secara Masif

23 Mei 2020, 12:40 WIB
ILUSTRASI vaksin corona COVID-19 /AFP / File / ANDREW CABALLERO-REYNOLDS/

PIKIRAN RAKYAT - Para ilmuwan di Amerika Serikat (AS) merencanakan upaya pengujian besar-besaran yang melibatkan lebih dari 100.000 sukarelawan dan setengah lusin kandidat vaksin yang paling menjanjikan dalam upaya memberikan kepastian pada akhir 2020.

Program ini akan memangkas apa yang biasanya 10 tahun pengembangan vaksin dan pengujian dalam hitungan bulan, serta kesaksian akan urgensi untuk menghentikan pandemi yang telah menginfeksi lebih dari 5 juta orang di seluruh dunia.

Untuk mencapai hal tersebut, para pembuat vaksin terkemuka telat sepakat untuk berbagi data dan meminjamkan penggunaan jaringan uji klinis mereka kepada para pesaing jika kandidat mereka sendiri gagal, kata para ilmuwan.

Baca Juga: Masuk Zona Merah, Pemkab Bekasi Minta Warga Tak Salat Idulfitri di Masjid dan Lapangan 

Dilansir Reuters, SabtU 23 Mei 2020, nantinya bagi calon kandidat yang menunjukkan keamanan dalam studi awal akan diuji dalam skala yang lebih besar sekitar 20.000 hingga 30.000 subjek untuk setiap vaksin, yang dijadwalkan mulai pada bulan Juli.

Sekitar 100.000 hingga 150.000 orang mungkin sudah terdaftar dalam studi ini, kata Dr. Larry Corey, pakar vaksin di Fred Hutchinson Cancer Center di Seattle.

"Jika Anda tidak melihat masalah keamanan, Anda bisa terus berjalan," kata Dr. Francis Collins, Direktur National Institutes of Health (NIH), dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com.

Upaya vaksin adalah bagian dari kemitraan publik-swasta yang disebut Percepatan Intervensi dan Vaksin Terapeutik Covid-19 (ACTIV) yang diumumkan bulan lalu.

Baca Juga: Usai Lecehkan Siswi, Guru di AS Pilih Hukum Kebiri daripada Penjara 

Upaya ini sesuai dengan penelitian dan pengembangan "Operation Warp Speed", program Gedung Putih yang diumumkan minggu lalu sebagai langkah mempercepat pengembangan vaksin Covid-19.

Vaksin yang dimaksudkan untuk digunakan pada orang sehat, biasanya diuji dalam beberapa langkah secara berturut-turut, yang mana dimulai dilakukan uji coba kepada hewan.

Pengujian manusia akan dimulai dengan uji coba keamanan kecil pada sukarelawan sehat, diikuti oleh penelitian yang lebih besar untuk menemukan dosis yang tepat dan mendapatkan pembacaan awal tentang kemanjuran.

Tahap akhir nantinya terdiri dari pengujian skala besar pada yang dilakukan kepada ribuan orang. Baru setelah itu, pengembang vaksin akan berkomitmen untuk memproduksi jutaan dosis.

Baca Juga: Dokter AS Sebut Karantina Tidak Diperlukan karena Virus Corona Tidak Mematikan, Simak Faktanya 

Di era Covid-19, Lngkah-langkah itu akan tumpang tindih, terutama uji coba tahap tengah dan tahap akhir, kata Francis Collins dan Larry Corey.

Namun pendekatan ini memiliki risiko, karena masalah keselamatan tertentu hanya dapat muncul dalam uji coba dalam skala besar.

Vaksin yang sangat efektif dapat diuji dalam waktu enam bulan jika ada perbedaan besar dalam manfaat antara vaksin dan krlompok plasebo, kata Larry Corey.

Untuk vaksin yang cukup efektif, lanjut Larry Corey, uji coba tersebut bisa memakan waktu 9 hingga 12 bulan.

Baca Juga: UU Keamanan Baru Batasi Demokrasi di Hong Kong, AS Sebut Tiongkok Lalai dari Komitmen Awal 

Pemerintah AS telah berkomitmen miliaran dolar untuk membantu produsen memproduksi dosis vaksin yang mungkin tidak pernah terbukti berhasil.

Untuk mendapatkan jawaban tercepat, vaksin akan diuji pada petugas layanan kesehatan dan masyarakat di mana virus masih menyebar. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan apakah dapat mengurangi kasus baru Covid-19.

Washington D.C, yang belum ini mencapai puncak wabahnya, adalah salah satu tempat untuk dilakukan uji coba. Namun, uji coba dapat dilakukan di luar negeri, termasuk di Afrika, di mana virus baru saja mulai menyebar.

Baca Juga: Hadapi Kejuaraan MTQ Internasional 2021, Qari Asal Riau Jadi Perwakilan Indonesia 

Pemerintah AS berencana untuk memanfaatkan jaringan uji coba sendiri, termasuk 100 fasilitas kesehatan Departemen Urusan Veteran. Untuk calon sukarelawan studi, pembuat obat untuk sementara akan merekrut dari jaringan penelitian klinis mereka.

Vaksin dari perusahaan Moderna, yang dikembangkan dengan NIH, akan menjadi yang pertama memasuki pengujian skala besar pada bulan Juli mendatang.

Selain itu, ada pula vaksin dari Universitas of Oxford (Inggris), dan perusahaan AstraZeneca (AZN. L).

Pemerintah AS belum lama ini mengatakan akan menghabiskan dana 120 miliar dolar AS (Rp 17.8 triliun) untuk mengamankan 300 juta dosis vaksin Oxford.

Baca Juga: Ramai-ramai Beli Baju Lebaran di Tengah Pandemi, DPR: Semua Pihak Harus Bijak Sikapi Fenomena Ini 

"Apa yang mungkin kami coba lakukan adalah menjalankan keduanya secara berdampingan. Tetapi dengan kelompok kontrol, yang juga akan mencakup 10.000 orang sehat yang mendapat vaksin tiruan," ucap Francis Collins.

Kandidat vaksin Moderna sudah melanjutkan ke pengadilan manusia tingkat menengah, kata Francis Collins.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler