Seakan Tak Kapok, Baru Dibebaskan Pemerintah Afghanistan Anggota Taliban Malah Ikut Perang Lagi

23 September 2020, 20:50 WIB
Pemimpin Dewan Tinggi Afghanistan, Abdullah. /Aljazeera./

PR BEKASI - Sejumlah tahanan Taliban yang dibebaskan oleh pemerintah Afghanistan sebagai syarat untuk perundingan damai telah kembali ke medan perang, kata pejabat tinggi Afghanistan, Abdullah.

Abdullah, yang memimpin Dewan Tinggi Afghanistan untuk Rekonsiliasi Nasional dan mengawasi upaya perdamaian pemerintah, mengatakan pada Selasa, 22 September 2020 bahwa diskusi dengan Taliban di Qatar sejauh ini positif.

Namun, lanjut dia, beberapa dari 5.000 tahanan Taliban yang dibebaskan oleh pemerintah sebagai syarat untuk pembicaraan telah melanjutkan perang melawan pemerintah Afghanistan.

Baca Juga: Desakan Penundaan Pilkada 2020 Tetap Ada, DPD: Bukan Hal yang Mustahil, Sudah Diatur UU

"Saya tahu bahwa beberapa telah kembali ke medan perang, yang merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah mereka buat," kata Abdullah dalam konferensi online dengan Dewan Hubungan Luar Negeri Amerika Serikat (AS), sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Aljazeera, Rabu, 23 September 2020.

Abdullah mengatakan pembicaraan antara kedua belah pihak telah dimulai di Doha dengan catatan positif, karena para delegasi membangun keakraban satu sama lain.

Namun, dia mengatakan tingkat kekerasan di Afghanistan belum turun dan dia meminta AS, yang meluncurkan proses perdamaian dengan kesepakatannya sendiri dengan Taliban pada Februari, untuk menekan kelompok bersenjata agar menyetujui gencatan senjata.

Baca Juga: Sambil Acungkan Keris, Kepala Desa Gantar Indramayu Kesurupan Saat Acara Ramah Tamah TMMD

AS juga melibatkan Pakistan, yang mempertahankan hubungan dengan Taliban, dalam perjanjian Doha.

"Sayangnya, selama ini tingkat kekerasannya sangat tinggi dan tidak bisa diterima masyarakat," kata Abdullah.

"Saya mengulangi seruan saya kepada Taliban sendiri, dan juga kepada semua mitra yang memiliki pengaruh atas Taliban, untuk menekankan hal itu," ucapnya.

Baca Juga: Raup Keuntungan hingga Miliaran Rupiah, Dokter di Klinik Aborsi Ilegal Tak Miliki Sertifikat

Pada hari Minggu, 20 September 2020 Afghanistan menyaksikan pertempuran paling berdarah sejak pemerintah dan kelompok bersenjata memulai pembicaraan damai, dengan bentrokan yang menewaskan 57 anggota pasukan keamanan Afghanistan dan puluhan lainnya luka-luka.

Abdullah mengatakan dia berencana mengunjungi Pakistan dalam beberapa hari mendatang, yang akan menjadi kunjungan pertamanya sejak 2008.

Kekerasan yang terus-menerus dan kegagalan Taliban untuk sepenuhnya memutuskan hubungan dengan ISIS dan kelompok bersenjata al-Qaeda, dinilai sebagai penghalang keberhasilan oleh para pejabat AS yang bersaksi di Kongres pada hari Selasa.

Baca Juga: Mulai Masuk Musim Penghujan, Dokter: Minum Air Putih dan Istirahat yang Cukup

Kepala juru runding AS, Zalmay Khalilzad mengatakan penarikan pasukan AS sebagaimana yang diuraikan dalam perjanjian AS-Taliban akan dihentikan.

Dengan sekitar 4.500 tentara tersisa di Afghanistan pada November sementara Washington menilai apakah kelompok bersenjata itu memenuhi janji mereka.

"Penarikan lebih lanjut akan ditentukan berdasarkan kondisi di lapangan dan pengiriman oleh Taliban atas komitmen mereka," kata Khalilzad dalam sidang komite pengawas Kongres.

Baca Juga: Meski Dibayangi Resesi, Pemerintah Yakin Ekonomi Kuartal III akan Membaik 

AS sendiri diketahui telah memangkas jumlah pasukan di Afghanistan lebih dari setengah dari lebih 12.000.

Di bawah janji Presiden Donald Trump untuk mengakhiri keterlibatan AS dalam perang di luar negeri, Washington telah berjanji untuk menarik semua pasukan pada Mei 2021 jika Taliban dan pemerintah Kabul dapat mencapai kesepakatan damai yang solid.

"Bagaimanapun, tingkat kekerasan saat ini terlalu tinggi. Kami tahu bahwa pengurangan itu mungkin dilakukan." kata Khalilzad, mencatat bahwa gencatan senjata singkat telah dihormati oleh Taliban di masa lalu.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler