Diserang Habis-habisan oleh Warganya dengan Unjuk Rasa, Pemerintah Thailand Melunak

19 Oktober 2020, 10:47 WIB
Siswa sekolah menghadapi polisi saat rapat umum di kotamadya Muang Khon Kaen, Thailand pada Minggu, 18 Oktober 2020. /Chakkrapan Natanri/Bangkok Post

PR BEKASI - Ketika aksi unjuk rasa untuk melengserkan pemerintah menjamur di seluruh negeri, Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha mengurangi rasa egoisnya terhadap pengunjuk rasa.

Juru bicara pemerintah Anucha Burapachaisri, mengatakan pada Minggu, 18 Oktober 2020, bahwa perdana menteri mengakui hak untuk melakukan protes tetapi mengatakan demonstrasi harus diadakan sesuai dengan hukum.

"Pemerintah bersedia mendengarkan masalah semua orang dan terus menyelesaikan masalah di semua bidang," kata juru bicara Pemerintah, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Bangkok Post, 19 Oktober 2020.

Baca Juga: Cegah Hoaks Vaksin Covid-19 yang Berseliweran, Menkominfo Tegaskan Beberapa Hal

Menurut juru bicara, nadanya tampak lebih bersahabat dibanding hari Sabtu, ketika Jenderal Prayuth memperingatkan orang-orang untuk tidak menghadiri pertemuan besar dan melanggar hukum.

Perdana menteri mendapat kecaman setelah polisi menggunakan taktik kekerasan di persimpangan Pathumwan pada Jumat, 16 Oktober 2020, dengan menembakkan meriam air ke pengunjuk rasa damai.

Pembubaran dengan kekerasan tampaknya memicu protes di Bangkok dan provinsi lain. Dengan sekitar 20 pemimpin protes ditangkap, penyelenggara telah beralih ke aksi unjuk rasa tanpa pemimpin, dan memungkinkan demonstran individu untuk berbicara di depan massa.

Kemarin, unjuk rasa menyeluruh dilakukan di sekitar 20 lokasi di provinsi di luar Bangkok. Monumen Kemenangan dan persimpangan Asok adalah situs utama Ibu kota yang menjadi sasaran.

Baca Juga: Nichkhun 2PM Hingga Miss Universe Kecam Kondisi Terkini diThailand

Demonstrasi besar diadakan di luar pusat perbelanjaan Future Park di daerah Rangsit di provinsi Pathum Thani dan Central Plaza WestGate di distrik Bang Yai di provinsi Nonthaburi, pihak berwenang mencoba untuk menegakkan dekrit darurat setelab sekitar 1.000 demonstran berkumpul. Reli di Rangsit pun berakhir sesaat sebelum jam 8 malam.

Di provinsi Nakhon Ratchasima, mahasiswa yang diperkirakan oleh pihak berwenang berjumlah 600 orang berkumpul di Universitas Teknologi Rajamangala Isan untuk menuntut agar perdana menteri mengundurkan diri dan para senator yang dipilih sendiri oleh junta ikut mengundurkan diri.

"Prayut, keluarlah. Senator keluar," teriak mereka.

Baca Juga: Pelajar yang Demo Diancam DO dan Tidak Punya SKCK, Psikolog Beri Nasihat untuk Polisi dan Pemda

Di Khon Kaen, mahasiswa yang jumlahnya setidaknya ratusan, berkumpul di luar Khon Kaen Witthayon untuk menuntut semua aktivis dibebaskan. Mereka kemudian pindah untuk bergabung dengan mahasiswa Universitas Khon Kaen dan pengunjuk rasa lainnya di kampus universitas.

Salah satu spanduk siswa yang digantung di luar sekolah bertuliskan, "Lepaskan saudara-saudara kita,".

Sekitar seribu mahasiswa menghadiri rapat umum di Universitas Chiang Mai yang berakhir tak lama setelah pukul 22.00 pada hari Minggu.

Pembicara di atas panggung mengatakan jika para pemimpin protes mahasiswa yang sebelumnya ditangkap di Bangkok tidak dibebaskan pada hari Selasa, mahasiswa akan memblokir Jalan Huay Kaew dari pintu masuk universitas ke pusat perbelanjaan Maya di persimpangan Rin Kham dengan jalan raya super.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Bangkok Post

Tags

Terkini

Terpopuler