PM Armenia Lolos dari Percobaan Pembunuhan Setelah Mengaku Kalah Perang dari Azerbaijan

15 November 2020, 10:32 WIB
Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan. /Kantor Perdana Menteri Armenia/

PR BEKASI – Armenia berhasil mencegah percobaan pembunuhan terhadap Perdana Menteri (PM) Nikol Pashinyan dalam perebutan kekuasaan oleh sekelompok mantan pejabat, kata badan keamanan negara tersebut yang bernama National Security Service (NSS).

Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, 14 November 2020, NSS mengatakan telah berhasil mengamankan tiga tersangka yang diduga menjadi aktor dalam percobaan pembunuhan PM Armenia tersebut.

Ketiga tersangka tersebut adalah mantan Kepala NSS Arthur Vantsyan, mantan Ketua Fraksi Parlemen Partai Republik Vahram Baghdasaryan, serta sukarelawan perang Nagorno-Karabakh Ashot Minasyan.

Baca Juga: Aquarini Priyatna: Karya Sastra Perempuan Seringkali Dianggap 'Tidak Serius'

"Para tersangka berencana untuk secara ilegal merebut kekuasaan dengan membunuh perdana menteri. Mereka juga sudah mempunyai calon pengganti perdana menteri yang sedang dibahas untuk menggantikannya," kata pernyataan NSS, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Minggu, 15 November 2020.

Nikol Pashinyan, saat ini sedang berada di bawah tekanan dalam beberapa hari terakhir setelah menandatangani gencatan senjata yang menguntungkan Azerbaijan di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh usai pertempuran sengit selama enam minggu.

Sejak Selasa, 10 November 2020 lalu, ribuan demonstran melakukan protes untuk menuntut mundur dirinya dari jabatan PM Armenia, karena dianggap telah mengakui kekalahan Armenia pada Azerbaijan dalam perang tersebut.

Baca Juga: Digrebek Warga dalam Keadaan Setengah Telanjang, Dua Pria di Aceh Terancam Dicambuk Hingga 100 Kali

Nikol Pashinyan mengatakan awal pekan ini bahwa dia tidak punya pilihan selain menandatangani kesepakatan yang ditengahi Rusia tersebut untuk mencegah kerugian perang lebih besar.

Dia mengatakan bertanggung jawab atas sikap yang dilakukan olehnya terhadap nama baik bangsa Armenia,namun dirinya menolak seruan untuk mengundurkan diri PM Armenia.

Gencatan senjata tersebut menghentikan perang di wilayah Nagorno-Karabakh, yang diakui secara internasional sebagai daerah milik Azerbaijan akan tetapi dihuni oleh etnis Armenia.

Baca Juga: Pengamat Senior BEI Optimistis 2021 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bertumbuh Lebih Tinggi

Pada hari Sabtu, penduduk etnis Armenia di Nagorno-Karabakh telah membakar rumah mereka sebelum melarikan diri ke Armenia pada malam sebelum tenggat waktu yang akan membuat sebagian wilayah diserahkan kembali ke Azerbaijan sebagai bagian dari gencatan senjata.

Berdasarkan perjanjian tersebut, 2.000 pasukan penjaga perdamaian Rusia sedang dikerahkan ke wilayah tersebut.

Sejak awal 1990-an, etnis Armenia telah memegang kendali militer atas seluruh Nagorno-Karabakh dan sebagian besar wilayah Azerbaijan di sekitarnya.

Baca Juga: Agar Tercipta Kerukunan dan Persatuan, MPR Minta Pelurusan Islamofobia dan Indonesiafobia

Karena gencatan senjata tersebut, warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh sekarang telah kehilangan sebagian tempat tinggalnya dan memilih hijrah ke negara Armenia.

Armenia mengumumkan pada Sabtu bahwa sebanyak 2.317 prajuritnya telah tewas dalam konflik tersebut, yang memaksa ribuan orang mengungsi dari rumah mereka.

Berbanding terbalik dengan Armenia, sampai berita ini diturunkan Azerbaijan belum mengumumkan jumlah prajuritnya yang tewas dalam konflik tersebut.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler