Sabah Malaysia Umumkan Wabah Demam Babi Afrika Jangkit Daerah Pitas

- 24 Februari 2021, 10:38 WIB
 Ilustrasi Babi yang terkena ASF.
Ilustrasi Babi yang terkena ASF. / Reuters/ Fabrizio Bensch/

PR BEKASI – Negara bagian Malaysia, Sabah, mengumumkan wabah Swine Fever (ASF) atau demam Babi Afrika di Pitas menyusul ditemukannya virus tersebut di ternakan Babi di wilayah itu.

Pengumuman itu dilakukan oleh Departemen Pelayanan Hewan Sabah (JPVS) Selasa, 23 Februari 2021.

Wakil Ketua Menteri Sabah Datuk Dr Jeffrey Kitingan, yang juga Menteri Pertanian dan Perikanan, mengatakan dengan deklarasi tersebut, departemen telah diberi wewenang di bawah Pasal 45 (1) Undang-Undang Penetapan Hewan 2015, untuk mengambil tindakan mencegah penyebaran virus epidemi tersebut.

Baca Juga: Satu Set Kartu Pokemon Edisi Pertama Berhasil Dijual dengan Harga Rp5.6 Miliar

Baca Juga: Tak Terima Jokowi Dikritik karena Disambut Kerumunan Warga, Ferdinand: Itu Euforia yang Tak Direncanakan

Baca Juga: Sejumlah Artis Tanah Air Pernah jadi Pasien Klinik Kecantikan Ilegal Zevmine di Jakarta Timur

"Ini termasuk memusnahkan babi di daerah bencana, mengendalikan pergerakan babi dan penjualan produk daging babi yang berasal dari daerah bencana," kata Dr Jeffrey, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Astro Awani Rabu, 24 Februari 2021.

"Pada saat yang sama, desa dan tempat yang terkena dampak akan dibongkar dan pemerintah melalui JPVS akan melakukan kampanye kesadaran untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penyakit tersebut," sambungnya.

Jeffrey mengatakan pemusnahan semua babi yang terjangkit virus akan dilakukan secepatnya karena ASF merupakan penyakit yang sangat menular dan belum ada obat atau vaksin untuk mencegah penyakit tersebut.

Ia mengatakan, pemerintah akan mempertimbangkan untuk memberikan kompensasi kepada peternak yang babinya dimusnahkan oleh JPVS, berdasarkan tarif yang akan ditentukan nanti.

Baca Juga: Soal Nakes Jadi Tersangka Penistaan Agama, Cholil Nafis: Semua Rumah Sakit Harus Buat SOP Sesuai Fatwa MUI

Jeffrey mengatakan langkah-langkah pengendalian akan dikoordinasikan melalui komite manajemen bencana distrik dan diharapkan selesai dalam enam bulan.

"Tujuan utama kami adalah menghentikan penyebaran penyakit tersebut ke penternakan babi komersial di Tuaran, Kota Kinabalu, Papar, Sandakan dan Tawau," katanya.

Saat ini, penyakit ASF tidak mempengaruhi produksi daging babi untuk konsumsi di Sabah yang diperkirakan memiliki nilai ekonomis mencapai RM300 juta sekitar Rp1 miliar setahun.

"Kami memperhatikan keputusan pemerintah Sarawak untuk melarang daging babi dan produk dagingnya dari Sabah," katanya.

Baca Juga: Potensi Sampah ke Laut Lebihi Jakarta, Kapal asal Jerman Hadir Atasi Masalah di Bekasi

"Namun, kami yakin larangan tersebut tidak akan berdampak signifikan pada industri daging babi di Sabah," sambungnya.

Ia pun menegaskan kembali bahwa ASF, yaitu penyakit khusus pada babi, tidak berbahaya bagi manusia.

Sementara itu, Jeffrey mengatakan JPVS sedang melakukan Sensus Peternakan di seluruh negara bagian untuk mengumpulkan data lengkap tentang industri peternakan dan layanan veteriner untuk membantu merumuskan kebijakan, pengendalian penyakit, dan program lainnya.

Baca Juga: Jokowi Disambut Kerumunan Warga Maumere, Christ Wamea: Kalau Dilakukan HRS atau Anies Pasti Buzzer Caci Maki

"Departemen sedang mencari kerja sama dari masyarakat yang akan mengunjungi tempat mereka untuk mengadakan wawancara. Program tersebut diharapkan berakhir pada April tahun ini." katanya, seraya menambahkan bahwa sensus juga mencakup hewan peliharaan seperti kucing dan anjing.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Astro Awani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah