Jumlah Kapal China di Laut Natuna Utara Semakin Bertambah, Filipina Lakukan Patroli Udara

- 29 Maret 2021, 14:30 WIB
 Sekitar 220 kapal China pertama kali terlihat awal bulan ini di Whitsun Reef yang berbentuk bumerang, sebelah barat Pulau Palawan. /Maxar Technologies
Sekitar 220 kapal China pertama kali terlihat awal bulan ini di Whitsun Reef yang berbentuk bumerang, sebelah barat Pulau Palawan. /Maxar Technologies /

PR BEKASI – Angkatan udara Filipina telah melakukan patroli udara setiap hari di atas kapal penangkap ikan China yang ditambatkan di dekat terumbu karang yang disengketakan di perairan Laut Natuna Utara.

Hal tersebut dikatakan oleh kepala pertahanan negara itu, saat dia mengulangi seruan ke Beijing untuk penarikan mereka dari daerah tersebut.

Perselisihan diplomatik dimulai awal bulan ini ketika sekitar 220 kapal China pertama kali terlihat di Whitsun Reef yang berbentuk bumerang, sebelah barat Pulau Palawan.

Filipina memerintahkan China untuk menarik kembali kapal-kapal itu, menggambarkan kehadiran mereka sebagai serangan ke wilayah kedaulatannya.

Baca Juga: Seniman Argentina Ciptakan Karya Seni dari Limbah Pandemi Covid-19, Termasuk dari Jarum Suntik

Baca Juga: Kilang Minyak Balongan di Indramayu Terbakar, Dirut Pertamina: Jangan Panic Buying

Baca Juga: Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri Tak Sadar Ada Bom di Tasnya, Teddy Gusnaidi: Mereka Dijebak

Tetapi China, yang mengklaim hampir seluruh perairan Laut Natuna Utara, mengatakan armada itu terdiri dari kapal penangkap ikan yang berlindung dari cuaca buruk.

Kementerian Luar Negeri Filipina telah mengajukan protes diplomatik, sementara beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Australia telah menyatakan keprihatinan atas ketegangan baru di kawasan itu.

Kapal angkatan laut dan penjaga pantai Filipina telah dikerahkan ke daerah itu untuk memantau situasi, selain patroli udara, menurut sekretaris pertahanan, Delfin Lorenzana.

"Kami siap untuk mempertahankan kedaulatan nasional kami dan melindungi sumber daya laut Filipina," katanya, pada Sabtu, 27 Maret 2021, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera.

Dia menambahkan akan ada peningkatan kehadiran kapal angkatan laut dan penjaga pantai yang berpatroli di perairan Filipina.

Baca Juga: Pemerintah Larang Mudik Lebaran 2021, Masyarakat Tetap Bisa Lakukan Perjalanan dengan Patuhi Persyaratan

Laut Natuna Utara yang kaya sumber daya diklaim oleh beberapa negara, termasuk Filipina dan China.

Beijing sering menggunakan apa yang disebut sembilan garis putus-putus untuk membenarkan klaim hak historisnya atas sebagian besar wilayah tersebut.

China juga telah mengabaikan keputusan pengadilan internasional tahun 2016 yang menyatakan bahwa pernyataan ini tidak berdasar.

Pada Kamis, 25 Maret 2021 juru bicara Harry Roque mengatakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah menyatakan keprihatinan atas kehadiran kapal tersebut kepada duta besar China di Manila.

Rodrigo Duterte sedang ditekan untuk mengambil sikap yang lebih kuat terhadap pemerintah China dalam menghadapi pengungkapan terpisah dari aktivitas konstruksi yang signifikan.

Diketahui, China melakukan aktivitas tersebut di sebuah pulau buatan yang dibangun di atas Subi Reef, juga di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina.

"Volume perubahannya signifikan, dan mungkin menunjukkan fase awal pembangunan besar di Subi Reef," menurut Simularity, sebuah perusahaan teknologi yang berbasis di AS yang mempelajari citra satelit di Laut Natuna Utara.

Rodrigo Duterte telah memupuk hubungan yang lebih hangat dengan China sejak menjabat pada tahun 2016 dengan imbalan kerja sama ekonomi yang lebih besar dengan negara adidaya itu.

Tetapi perubahan itu gagal membendung ambisi China di Laut Natuna Utara, atau membuka banyak miliaran dolar dari perdagangan dan pinjaman yang dijanjikan.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x