Terlebih lagi, parlemen Afghanistan sempat secara khusus bertandang ke Indonesia, dan ingin mempelajari serta mengadopsi konsep dakwah Islam Nusantara.
Lebih lanjut, salah satu netizen mengungkapkan bahwa langgam Jawa yang digunakan oleh Syech Nourin Mohamed Siddig dinamakan nada sullam khumasi.
Nada sullam khumasi ini, dijelaskannya, memang banyak digunakan di Afrika, Tiongkok, Eropa, dan Indonesia.
Dia memaparkan bahwa langgam Jawa masuk ke dalam sullam khumasi di nada kurdi, dan mengatakan jika mendengar maqam atsar kurdi maka akan terasa kedekatannya dengan langgam Jawa.
"Intinya mengaji dengan langgam Jawa tidak masalah selama tidak menyalahi tajwid," jelas netizen tersebut.
Baca Juga: Pikir Lagi yang Mau Mudik Sebelum 6 Mei, Polisi Akan Amankan Masyarakat yang Ketahuan Dahului Mudik
Tak hanya itu, seorang netizen lain juga mengungkapkan bahwa langgam tersebut merupakan endemik dari bangsa Afrika sendiri.
Irama dari nada tersebut biasa dinyanyikan oleh suku di pedalaman.
"Yang mengembangkan Islam sangat luar biasa, bisa disebarkan tanpa meninggalkan budaya asli Afrika," katanya.