"Jangan-jangan Israel inilah mentornya, inilah teacher-nya terorisme. Ini yang kita khawatirkan," ungkapnya.
"Kalau ini dibiarkan oleh masyarakat Internasional, maka kebencian terhadap agama, kebencian kepada rumah ibadah ini akan meluas di mana-mana, karena itu masyarakat Internasional harus paham," kata Abdul menambahkan.
Abdul juga menjelaskan mengapa masyarakat Palestina di Yerusalem kerap kali tidak mendapat perlindungan dari PBB. Padahal kekerasan jelas-jelas dilakukan Israel kepada warga Palestina.
"Sebetulnya Yerusalem itu yang di mana ada Masjid Al Aqsa di situ adalah kawasan status quo. Tapi sejak 2016, Donald Trump ini menjadikan Yerusalem Ibu Kota Israel Raya. Jadi nyaris tidak ada pasukan dari PBB atau pasukan Internasional yang menjadi pengurai konflik antara Israel dan palestina," ucapnya.
Baca Juga: Melly Goeslaw Menangis Dapat Panggilan Video dari Palestina: Siapalah Saya Terpilih untuk Dihubungi
Abdul pun menjelaskan rencana Israel sebenarnya di hari Lebaran Islam nanti yang menurutnya berhubungan dengan aksi penyerangan warga Palestina di Masjid Al Aqsa tersebut.
"Yang mesti digarisbawahi, bahwa aksi yang dilakukan oleh polisi militan Israel ini sebetulnya secara politis bisa kita analasis. Pemerintahan Benjamin Netanyahu (Perdana Menteri Israel) ini akan menggunakan momentum 14 Mei 2021 nanti," ungkapnya.
Jadi, kata Abdul, satu hari setelah kaum Muslim menyelenggarakan Lebaran Idul Fitri, Israel ingin menjadikan momentum itu sebagai perayaan berdirinya negara tersebut.