“AS meninggalkan nama buruk dalam sejarah dengan menyerang di sini. Taliban kembali, mengapa menghabiskan begitu banyak uang, membunuh begitu banyak orang dan sekarang pergi dengan cara ini? Warga AS tidak boleh memilih Presiden Joe dan mantan Presiden Donald Trump, keduanya benar-benar gila,” ujarnya.
“Mari kita lihat apa yang terjadi selanjutnya,” tambahnya.
Simintov mendesak Taliban untuk tidak memberikan bagian apa pun kepada mantan tokoh dan pemimpin milisi ini yang ada di balik kehancuran negara dan sebaliknya menyatukan individu yang sehat dan profesional dari berbagai kelompok etnis dan minoritas.
“Para pemimpin ini telah memberikan ujian mereka di masa lalu, telah menjarah Afghanistan dan menjarah miliaran. Kehadiran mereka akan merusak kredibilitas Taliban,” ujar Simintov.
Terlepas dari permusuhannya terhadap Taliban di masa lalu, dia mengakui Kabul dan daerah lain lebih aman di bawah kekuasaan mereka.
Baca Juga: Takut Ditangkap dan Disiksa Taliban, LGBT Afghanistan Berusaha Kabur ke Luar Negeri
Taliban telah berusaha untuk menampilkan wajah yang lebih moderat sejak serangan kilat pada minggu lalu.
Tetapi kelompok itu terkenal karena kebijakannya yang keras dan represif ketika memerintah Afghanistan pada 1996 hingga 2001, sebelum digulingkan oleh pasukan pimpinan AS dan mendorong banyak orang untuk merumuskan rencana keluar.
Pada Jumat, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan pada konferensi pers bahwa lebih dari 18.000 orang telah diterbangkan keluar dari Afghanistan dalam beberapa hari terakhir.