Covid-19 hingga Rasisme, Berikut Kunci Debat Presiden Terakhir antara Donald Trump dan Joe Biden

- 23 Oktober 2020, 19:07 WIB
Donald Trump (kiri) melawan Joe Biden (kanan) dalam debat presiden terakhir besok pagi.
Donald Trump (kiri) melawan Joe Biden (kanan) dalam debat presiden terakhir besok pagi. /CBC.ca

PR BEKASI – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan penantang dari Demokrat Joe Biden kembali bertemu untuk yang kedua sekaligus terakhir kalinya dalam debat calon Presiden AS.

Debat tersebut akhirnya berlangsung pada hari Kamis waktu setempat, setelah debat yang sebelumnya dijadwalkan di Balai Kota dibatalkan, karena pihak petahanan dinyatakan positif Covid-19.

Debat yang berlangsung selama 90 menit tersebut dilaksanakan di Universitas Belmont yang terletak di Nashville, Tennessee.

Baca Juga: Beberapa Vaksin Dibuat dengan Enzim Babi, Pakar: Calon Vaksin Dicuci dan Disaring Miliaran Kali

Terdapat beberapa topik yang menjadi kunci dalam perdebatan tersebut, salah satunya adalah mengenai penanganan pandemi Covid-19 di Amerika Serikat.

Donald Trump mengalami kesulitan dalam menjelaskan cara yang dia lakukan untuk menangani virus corona, yang sampai saat ini masih menjadi kendala dalam kampanyenya.

Topik pembuka debat dinilai sudah bisa ditebak, pasalnya Donald Trump telah menerima variasi pertanyaan yang sama dalam wawancara. Namun, presiden AS saat ini tersebut jarang memberikan jawaban yang jelas.

Baca Juga: Kesal dengan Perundang-undangan di Indonesia, Hotman Paris Rela Dipanggil ke Istana, Ada Apa?

Sebaliknya, ketika diminta menguraikan rencananya untuk masa depan, Donald Trump menegaskan bahwa penanganan terhadap pandemi Covid-19 sebelumnya tidaklah keliru.

Dia juga meramalkan bahwa wabah yang telah menewaskan lebih dari 220.000 orang Amerika tersebut akan berbalik cemerlang.

"Kita mengitari belokan, mengitari sudut, itu (pandemi) akan pergi," ucap Donald Trump bahkan setelah kasus lonjakan kembali terjadi di seluruh negeri, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Euronews, Jumat, 23 Oktober 2020.

Baca Juga: Ratu Elizabeth II Buka Lowongan Magang di Istana Kerajaan Inggris dengan Gaji Rp 364 Juta

Joe Biden, yang berusaha menuntut penanganan virus yang dilakukan oleh Donald Trump, datang dengan persiapan.

"Siapa pun yang bertanggung jawab atas banyak kematian itu, hendaknya tidak tetap menjadi presiden Amerika Serikat," tuturnya.

Selain mengenai pandemi Covid-19, Donald Trump dan Joe Biden juga berusaha mempromosikan diri sebagai pembela dari Penanganan Kesehatan Amerika.

Baca Juga: Hukum Hubungan Sesama Jenis Sudah Dijelaskan dalam Al-Qura'n, Simak Penjelasannya

Keduanya sangat sadar bahwa isu tersebut berada di antara isu-isu utama bagi para pemilih, bahkan sebelum pandemi Covid-19 menyerang Amerika Serikat.

Mereka juga dihadapkan pada isu mengenai perubahan iklim global, yang menjadi diskusi pertama secara luas dalam debat presiden selama 20 tahun terakhir.

Joe Biden menyerukan alarm bagi dunia, untuk mengatasi iklim pemanasan, karena Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian internasional mengenai hal tersebut.

Baca Juga: Suruh Bubarkan Tim Pemburu Harun Masiku, ICW: KPK Bukan Tidak Mampu tapi Tidak Mau Menangkapnya

Donald Trump pun menegaskan bahwa dia mencoba untuk menyelamatkan pekerjaan di Amerika, dan mengklaim bahwa udara dan air di Amerika terlihat paling bersih dalam beberapa generasi.

Joe Biden memanfaatkan isu penting ini, dan menyerukan investasi besar-besaran untuk menciptakan industri ramah lingkungan baru.

"Kesehatan dan pekerjaan kita dipertaruhkan," ucapnya.

Baca Juga: Survei Membuktikan, Kinerja Prabowo Dinilai Publik Paling Memuaskan Dibanding Menteri lain

Joe Biden juga berbicara mengenai transisi dari industri minyak yang telah diambil alih oleh Donald Trump, dan bertanya kepada para pemilih di Texas serta Pennsylvania, apakah mereka mendengarkan.

Mereka juga sedikit membahas mengenai kebijakan luar negeri, karena pemilihan umum saat ini telah didominasi oleh pandemi dan krisis nasional lainnya.

Isu rasisme juga menjadi topik perdebatan yang paling hangat diperbincangkan, seiring dengan berakhirnya rasisme institusional yang berlangsung selama berabad-abad, pada tahun 2020.

Baca Juga: Rakornas Pengendalian Inflasi 2020, Jokowi: Jaga Daya Beli Masyarakat

Mereka pun diberikan kesempatan untuk berbicara secara langsung kepada orang berkulit hitam di Amerika.

Keduanya mengatakan bahwa mereka memahami tantangan yang dihadapi warga kulit hitam, tetapi segmen tersebut lebih banyak berisi penyerangan dari satu sama lain.

Donald Trump menyalahkan Joe Biden, dan menyebutnya sebagai kekuatan yang hampir tunggal di balik penahanan massal, terutama kepada 'pria muda berkulit hitam'.

Baca Juga: PLN Lakukan Efisiensi BPP, Menteri ESDM: Harus Tetap Berkualitas dan Terjangkau

Dia juga menyatakan bahwa dirinya adalah 'pria yang paling tidak rasis di ruangan ini', dan mengulangi pernyataanya mengenai "tidak ada yang melakukan apa yang telah saya lakukan, untuk orang kulit hitam Amerika".

Tetapi dalam kasus tersebut, Donald Trump memberikan pengecualian terhadap Abraham Lincoln sebagai ‘pengecualian yang memungkinkan’.

Selain pertarungan mengenai beberapa isu, Donald Trump mendapat perhatian karena perubahan sikapnya setelah perdebatan pertama.

Baca Juga: Masih sebagai Konsumen, Ma’ruf Amin Harapkan Indonesia Jadi Pemain Global Industri Halal

Dia mendapatkan banyak kritikan setelah debat Presiden AS yang pertama, karena seringnya terjadi interupsi dan kecaman terhadap saingannya dari partai Demokrat.

Donald Trump dinilai sedikit lebih diam dalam perdebatan keduanya, dia juga menyampaikan permintaan kepada moderator Kristen Welker ketika akan menanggapi jawaban Joe Biden, dengan mengucapkan 'Kalau boleh?'.

Terakhir, Donald Trump kembali dengan taktik yang diyakini telah membawanya ke kantor Oval empat tahun yang lalu, yakni memberikan serangan pribadi kepada lawannya.

Baca Juga: Ingin Percepat Membuktikan Ketidakbenaran Dakwaan JPU, Nurhadi Tidak Ajukan Eksepsi Versi Pengacara

Dia berulang kali mengungkapkan tuduhan terhadap Joe Biden dan putranya Hunter, dengan menyebut saingannya itu sebagai korup.

"Saya tidak menghasilkan uang dari Tiongkok, anda yang melakukannya. Saya tidak menghasilkan uang dari Ukraina, anda yang melakukannya," tutur Donald Trump.

Kedua belah pihak mengalami kesulitan menjelaskan mengenai mengapa mereka tidak mampu mencapai lebih banyak hal saat menjabat di kantor pemerintahan, dan akhirnya menggunakan taktik dengan menyalahkan kongres.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: EuroNews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x