Tabrakan Ngeri di India, Pesawat Boeing 747-100B dan Pesawat Ilushin II-76B pada 12 November 1996

- 12 November 2020, 15:10 WIB
Ilustrasi tabrakan pesawat terbang di udara.
Ilustrasi tabrakan pesawat terbang di udara. /Pikiran-Rakyat.com/

PR BEKASI - Tanggal 12 November merupakan hari bersejarah bagi dunia penerbangan
Saudi Arabia.

Sebab, maskapai Saudi Arabian Airlines Penerbangan 763 merupakan pesawat Boeing 747-100B yang menerbangi rute Delhi, India menuju Dhahran, Arab Saudi

Pada 12 November 1996, pesawat ini mengalami kecelakaan terburuk dalam sejarah dunia penerbangan.

Baca Juga: Sabda Habib Rizieq pada Hari Kedua di Indonesia: Buka Pintu Dialog, Bukan Main Tangkap

Pesawat yang kemudikan pilot Khalid AlShubaily tersebut bertabrakan di udara dengan Air Kazakhstan Penerbangan 1907 yang pada saat yang sama menerbangi rute Shymkent, Kazakhstan menuju Delhi,India.

Sementar, pada penerbangan Kazakh 1907, pilot bernama Gennadi Cherepanov, dan operator radio pesawat Kazakh 1907 bernama Egor Repp.

Kecelakaan maut tersebut menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 316 penumpang dan 33 awak. Sehingga, total korban dalam yragedi itu adalah 349 orang.

Baca Juga: Habib Rizieq Shihab Minta Pemerintah Bebaskan Segera Abu Bakar Baasyir dan Habib bin Smith

Tragedi maut itu berawal akibat dari Egor Repp yang melakukan kesalahan dalam mengukur ketinggian. Kazakh 1907 seharusnya ada di level ketinggian 150 dan Saudi 763 ada di level ketinggian 140.

Saat Repp menyadari bahwa pesawatnya terbang terlalu rendah, dia berkata pada Kapten Gennadi Cherepanov.

"Jaga ketinggian 150. Jangan turun!" katanya.

Baca Juga: Kasus Video Asusila Diduga Mirip Gisel dan Jedar Dinaikkan Kepolisian ke Tingkat Penyidikan

"Berapa ketinggian yang diperintahkan?" tanya Kapten Cherepanov begitu dia bereaksi dan bingung.

Kemudian, Kapten Cherepanov memerintahkan kepada co-pilot untuk menambah kecepatan.

Sementara, Kazakh 1907 langsung memacu dirinya untuk terbang menuju Saudi 763.

Baca Juga: Pengangguran Meningkat 2.5 Persen, Pemkab Bekasi Siapkan Pelatihan Kerja Gratis

"Naik ke 150, karena di 140 ada ... yang itu!," kata Repp.

"Yang itu!" kata Repp, menegaskan.

Pada saat pesawat Saudi terbang di atasnya, dan muncul di pandangan kru Kazakh 1907.

Baca Juga: Berada di Persimpangan AS dan Tiongkok, DPR: Indonesia Harus Tingkatkan Nilai Tawar di Mata Dunia

Sayap kiri pesawat Saudi 763 dirobek ekor pesawat Kazakh 1907, dan stabilizer horizontal kirinya juga kena imbasnya. Sekira 5.5 meter bagian itu terkoyak, dan tanpa itu, kru Saudi 763 tidak bisa mengendalikan pesawat.

Pilot pesawat kargo Angkatan Udara AS, Kapten Timothy J. Place adalah saksi mata kecelakaan itu.

"Awan memerah, seakan-akan bisa dirasakan panasnya," katanya ketika diwawancarai oleh Air Crash Investigation.

Baca Juga: Ingin Rekonsiliasi dengan Pemerintah, HRS Minta Bebaskan Ulama, Aktivis, hingga Buruh sebagai Syarat

Penyelidikan kasus dilakukan terhadap kotak hitam (black box) pesawat Saudi 763 dan Kazakh 1907 ditemukan.

Penyelidik iti membuat perkiraan penyebab kecelakaan: VK Dutta (petugas menara kendali Suar/ATC) berbuat kesalahan, kesalahan salah satu kru pesawat, atau kegagalan instrumen salah satu pesawat.

Sebelum mengetahui penyebab kecelakaan, mereka harus melihat data-data yang ada pada FDR dan CVR kedua pesawat.

Baca Juga: Soroti Penegakan Hukum RI, Habib Rizieq: Kelompok yang Tak Suka Digali-gali, yang Menjilat Dibiarkan

Sementara itu, kotak hitam pesawat Saudi dianalisis di Inggris. Kru pesawat Saudi terbang secara teratur pada ketinggian yang ditentukan Dutta, yaitu level 140 (4.300 m).

Namun, kru pesawat Kazakh tidak terbang teratur. Dutta ingin pesawat yang berangkat dari Bandara Indira Gandhi ada di bawah pesawat yang mendatangi Bandara Indira Gandhi.

Akan tetapi, pesawat Kazakh 1907 berada di level terbang 4.299 m, 300 m lebih rendah dari ketinggian yang ditentukan, dan 3 meter lebih rendah dari pesawat Saudi 763.

Baca Juga: Selain Timbulkan Masalah Pernapasan, Covid-19 Juga Berisiko Tingkatkan Penyakit Mental, Ini Sebabnya

Berdasarkan penyelidikannya, para penyidik menyalahkan tata letak kokpit pesawat Ilyushin Il-76. Diketahui bahwa pengukur ketinggian terpasang di depan tempat duduk pilot. Namun, tidak ada pengukur ketinggian di depan tempat duduk operator radio Egor Repp.

"Mungkin saja, pilotnya terlalu memanfaatkan operator radionya mengenai informasi apapun yang diberitahukan oleh petugas darat." kata Kapten Ashok Verma.

Serta, pertanyaan muncul, mungkinkah penggunaan bahasa yang terbatas menyebabkan kecelakaan mematikan ini?

Baca Juga: Kecam Aksi Terorisme di Mozambik, Macron Sebut Teroris Coreng Agama Islam sebagai Agama yang Damai

"Kru pesawat Kazakh berasal dari Uni Soviet. Mereka lulus dalam penggunaan Bahasa Inggris, namun tidak cakap dalam penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari." kata Kapten Ashok Verma mengenai pertanyaan ini.***

 

Editor: Ikbal Tawakal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah