Angka Kehamilan di Kabupaten Bekasi Menurun Dibanding Tahun Lalu, Dinkes Sebut Karena Hal Ini

10 Juni 2020, 06:10 WIB
ILUSTRASI masa kehamilan.* /PIXABAY/

PR BEKASI - Aktivitas masyarakat yang terpaksa harus dilakukan dari rumah hampir berjalan empat bulan.

Sejumlah anggota keluarga pun harus menjalaninya dari rumah, termasuk pasangan suami-istri yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.

Beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengunggah berita soal kenaikan angka kehamilan di sejumlah wilayah Jawa Barat seperti Cirebon dan Tasikmalaya.

Baca Juga: Bukan Hanya Dokter dan Perawat, Keluarga Nakes Juga Bisa Masuk Jalur Afirmasi PPDB 2020 Jabar 

Namun hal itu tidak berpengaruh di Kabupaten Bekasi. Bahkan angka ibu hamil menurun dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Ada penurunan angka kehamilan sekitar 8,4 persen dibanding tahun lalu. Bisa dibilang pandemi virus tidak berpengaruh besar terhadap angka kehamilan di Bekasi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Sri Enny Mainiarti di Cikarang, Kabupaten Bekasi pada Selasa, 9 Juni 2020.

Dikutip oleh Pikiranrakyat-bekasi.com dari Antara, berdasarkan data kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terhimpun di database Dinas Kesehatan, sepanjang Maret 2020 berjumlah 6.551 sementara di bulan berikutnya sebanyak 6.400 orang.

Sedangkan pada Bulan Maret dan April tahun lalu jumlahnya masing-masing 7.075 dan 7.052.

Baca Juga: Sejumlah Pedagang Positif, Jabar Targetkan 700 Pasar Tradisional untuk Gelar Pemeriksaan Covid-19 

"Kalau ditotal di dua bulan tahun lalu angka kehamilan mencapai 14.127 orang sementara dua bulan kemarin (Maret dan April) 12.951 ibu hamil," ungkapnya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi melakukan upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil di masa pandemi ini seperti pemetaan fasilitas kesehatan dalam rangka optimalisasi pelayanan kesehatan ibu hamil.

Selain itu pihaknya juga sering melakukan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan puskesmas di masing-masing kecamatan. Hal ini dilakukan lantaran ibu hamil dan bayi termasuk dalam kategori risiko tinggi.

"Kunjungan rumah ibu hamil dan bayi dilakukan dengan perjanjian lewat telepon genggam, bekerja sama dengan ibu kader posyandu. Selain itu kami juga membuat WA (WhatsApp) grup ibu hamil dengan membahas materi yang ada di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)," ucapnya.

Baca Juga: Kasus Kematian Capai 4.694, Pemerintah Swedia Dinilai 'Gagal Total' Tangani Covid-19 

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Supria Dinata mengatakan penurunan angka kehamilan disebabkan sejumlah faktor salah satunya kebijakan penundaan pernikahan oleh Kantor Urusan Agama (KUA).

Selain itu, sejumlah ibu memutuskan untuk menunda pemeriksaan kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan karena kondisi pandemi COVID-19.

"Ada juga warga yang sengaja menunda kehamilan karena khawatir jika melahirkan di masa COVID-19. Karena jika bulan ini mulai program, akan ketahuan hamil pada dua bulan mendatang," ucap Supria.

"Untuk data bulan Mei belum masuk. Paling bulan Juli dan Agustus kita baru bisa lihat meningkat apa tidak. Kalau sekarang masih naik turun," katanya.

Baca Juga: Medan yang Sulit dan Jaringan Internet Terbatas, Guru di Cianjur Rela Datangi Rumah Siswa Demi KBM 

Data kehamilan didapat dari setiap fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik swasta, dan rumah sakit yang terdata di Dinkes Kabupaten Bekasi.

Bidan koordinator di 44 puskesmas memberikan laporan berkala kepada Dinas Kesehatan sementara klinik dan rumah sakit melaporkan ke puskesmas di masing-masing wilayah kerjanya.**

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler