PR BEKASI - Tokoh Papua Christ Wamea mengkritik Komisaris Independen PT PELNI, Kristia Budhyarto alias Kang Dede yang membatalkan kajian Ramadhan di lingkungan PT PELNI karena dinilai radikal.
Christ Wamea mempertanyakan, dari sisi mana kajian Ramadhan tersebut dinilai radikal, sementara materi kajian belum disampaikan.
Christ Wamea menilai, mencap penceramah radikal, padahal mendengarkan materinya saja belum, maka sama saja dengan komunis.
"Dari sisi mana dibilang radikal, sementara dibatalkan sebelum disajikan materi kajian Ramadhan-nya. Belum dengar materinya sudah dibilang radikal. Ini namanya komunis," kata Christ Wamea, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari cuitan Twitter @PutraWadapi, Sabtu, 10 April 2021.
Christ Wamea lantas menilai bahwa hanya di rezim sekarang ini, seseorang begitu mudah memberikan stigma radikal pada sesama anak bangsa.
"Hanya pada rezim ini sangat terlalu mudah berikan stigma radikal kepada sesama anak bangsa," kata Christ Wamea.
Christ Wamea pun menilai bahwa cap radikal hanya berlaku untuk penceramah yang berbeda pendapat dengan pemerintah.
"Membunuh rakyat kecil dengan sadis bukan radikalisme. Radikalisme itu hanya berlaku untuk penceramah yang beda pendapat dengan pemerintah. Buzzer tidak beretika disuruh pimpin BUMN," tutur Christ Wamea.
Terakhir, Christ Wamea menyoroti pernyataan Kristia Budhyarto yang pada 2015 mengaku seorang muslim, tapi pada 2017 menyebut dirinya Katolik.
"Bocah ini (Kristia Budhyarto) agamanya tidak jelas kok menuduh ulama yang kompeten radikalisme," ujar Christ Wamea.
Baca Juga: PT PELNI Batalkan Kajian Ramadhan karena Dinilai Radikal, MUI: Sangat Melukai Perasaan Umat Islam
Sebelumnya, Komisaris Independen PT PELNI, Kristia Budhyarto mengumumkan bahwa kajian Ramadhan di lingkungan PT PELNI dibatalkan karena kegiatan tersebut tidak memiliki izin dari Direksi.
"Sehubungan flyer info penceramah dalam kegiatan Ramadhan di lingkungan PT @pelni162
dari Badan Dakwah Pelni yang sudah beredar luas perlu saya sampaikan bahwa, panitia menyebarkan info terkait pembicara Ramadhan belum ada ijin dari Direksi. Oleh sebab itu, kegiatan tersebut dibatalkan," kata Kristia Budhyarto melalui akun Twitter @kangdede78, Kamis, 8 April 2021.
Selain dibatalkan, Kristia Budhyarto juga mengumumkan bahwa para pejabat yang terkait dengan kepanitiaan kajian Ramadhan tersebut dicopot dari jabatannya, karena dinilai telah terlibat radikalisme.
"Selain itu pejabat yang terkait dengan kepanitiaan acara tersebut telah dicopot," kata Kristia Budhyarto.
Oleh karena itu, Kristia Budhyarto mengingatkan seluruh perusahaan BUMN agar jangan segan memecat pegawainya yang terlibat radikalisme.
"Ini pelajaran sekaligus warning kepada seluruh BUMN, jangan segan-segan mencopot atau pun memecat pegawainya yang terlibat radikalisme. Jangan beri ruang sedikit pun, berangus," tutur Kristia Budhyarto.***