PR BEKASI - Pengamat Politik Rocky Gerung angkat bicara terkait polemik kebijakan investasi miras (minuman keras) yang tertuang dalam Perpres Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal.
Rocky Gerung menjelaskan, sebenarnya miras itu merupakan tradisi nusantara, yang sering kali diperlukan dalam pergaulan supaya lebih lega dan tidak ada kekakuan.
Rocky Gerung juga menjelaskan bahwa di kampung halamannya, Manado, para petani kadang membutuhkan miras untuk menaikkan semangat bekerja sekaligus mempercepat metabolisme.
Hal itulah yang akhirnya sangat disayangkan oleh Rocky Gerung, karena pemerintah salah melihat tradisi minum-minuman keras yang ada di nusantara.
"Jadi jangan dianggap bahwa kalau ada tradisi itu (minum miras), maka berarti mabuk-mabuk itu ada juga di dalam kultur itu. Ini kacaunya cara melihat pemerintah," kata Rocky Gerung, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin, 1 Maret 2021.
Rocky Gerung menilai, tradisi minum-minuman keras yang merupakan bagian dari kearifan lokal, telah dieksploitasi oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan anggaran negara.
"Jadi bagian ritual itu adalah local wisdom. Nah pemerintah mengekploitasi local wisdom itu untuk menutup kedunguan anggaran. Kan ini soalnya. Jadi yang mabuk pemerintah, yang bakal disalahin rakyat," ujar Rocky Gerung.
Lebih lanjut, Rocky Gerung menjelaskan, meski minum-minuman keras ada dalam tradisi rakyat Papua, tapi masyarakat dan Gubernur Papua pernah marah saat dulu semua toko seolah-olah membebaskan minuman keras.
"Di Manado, Minahasa juga begitu, berbagai kejahatan terjadi karena eksesif dalam produksi miras yang disponsori kepentingan kapital," ucap Rocky Gerung.
Menurutnya, keberadaan miras akan semakin menjadi masalah, ketika produksinya disponsori oleh kaum kapitalis.
"Minuman keras menjadi problem kita karena disponsori oleh kapital. Ketika investasinya dibuka, tidak lagi disebut negatif, dengan sendirinya berlaku prinsip pasar. Jadi begitu ada produksi, maka akan ada promosi. Promosi itu yang membahayakan, karena kemampuan aparat untuk mengawasi buruk sekali," tutur Rocky Gerung.
Selain itu, Rocky Gerung juga menduga, nantinya miras bukan hanya dilegalkan saja, tapi juga dijadikan cara untuk menghasilkan devisa.
"Lebih dari itu akan dipakai sebagai cara untuk menjadikan minuman keras sebagai konsumsi yang bukan sekedar legal, tapi cara untuk menghasilkan devisa. Jadi etikanya itu yang buruk, mencari devisa dengan memabukkan orang," tuturnya.
"Poin saya adalah pemerintah mengekploitasi local wisdom seolah-olah itu dibenarkan untuk dijadikan tambang duit pemerintah," ujar Rocky Gerung.***