"Membunuh rakyat kecil dengan sadis bukan radikalisme. Radikalisme itu hanya berlaku untuk penceramah yang beda pendapat dengan pemerintah. Buzzer tidak beretika disuruh pimpin BUMN," tutur Christ Wamea.
Terakhir, Christ Wamea menyoroti pernyataan Kristia Budhyarto yang pada 2015 mengaku seorang muslim, tapi pada 2017 menyebut dirinya Katolik.
"Bocah ini (Kristia Budhyarto) agamanya tidak jelas kok menuduh ulama yang kompeten radikalisme," ujar Christ Wamea.
Bocah ini agamanya tdk jelas kok menuduh ulama yg kompeten radikalisme. pic.twitter.com/2svFPOwzGN— Christ Wamea (@PutraWadapi) April 9, 2021
Baca Juga: PT PELNI Batalkan Kajian Ramadhan karena Dinilai Radikal, MUI: Sangat Melukai Perasaan Umat Islam
Sebelumnya, Komisaris Independen PT PELNI, Kristia Budhyarto mengumumkan bahwa kajian Ramadhan di lingkungan PT PELNI dibatalkan karena kegiatan tersebut tidak memiliki izin dari Direksi.
"Sehubungan flyer info penceramah dalam kegiatan Ramadhan di lingkungan PT @pelni162
dari Badan Dakwah Pelni yang sudah beredar luas perlu saya sampaikan bahwa, panitia menyebarkan info terkait pembicara Ramadhan belum ada ijin dari Direksi. Oleh sebab itu, kegiatan tersebut dibatalkan," kata Kristia Budhyarto melalui akun Twitter @kangdede78, Kamis, 8 April 2021.
Selain dibatalkan, Kristia Budhyarto juga mengumumkan bahwa para pejabat yang terkait dengan kepanitiaan kajian Ramadhan tersebut dicopot dari jabatannya, karena dinilai telah terlibat radikalisme.
"Selain itu pejabat yang terkait dengan kepanitiaan acara tersebut telah dicopot," kata Kristia Budhyarto.
Oleh karena itu, Kristia Budhyarto mengingatkan seluruh perusahaan BUMN agar jangan segan memecat pegawainya yang terlibat radikalisme.