BPOM Terkesan Hambat Vaksin Nusantara, Luqman Hakim: Bangga Jadi Antek Asing?

- 15 April 2021, 07:59 WIB
Luqman Hakim sebut BPOM terkesan hambat vaksin nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Luqman Hakim sebut BPOM terkesan hambat vaksin nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. /Twitter @LuqmanBeeNKRI

PR BEKASI – Ketua Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Lukito menanggapi penyuntikan Vaksin Nusantara ke sejumlah anggota DPR.

Diketahui sejumlah anggota DPR menjadi relawan Vaksin Nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu, 14 Maret 2021.

Terkait hal tersebut, Penny menjelaskan bahwa hal itu tidak ada kaitannya dengan proses yang berlaku di BPOM untuk menjadikan Vaksin Nusantara bisa diproduksi massal.

Baca Juga: Vaksin Nusantara Nekat Disuntikkan ke Anggota DPR, IDI: BPOM Belum Keluarkan Izin, Ini Benar-benar Ganjil

"Masyarakat perlu tahu bahwa itu bukan uji klinis untuk pendaftaran menjadi vaksin yang akan diproduksi massal untuk didaftarkan di BPOM, itu bukan," ucapnya.

Anggota DPR RI Fraksi PKB, Luqman Hakim menilai reaksi BPOM terhadap Vaksin Nusantara terkesan negatif.

Luqman Hakim menyebutkan BPOM terkesan mendiskreditkan pengebangan Vaksin Nusantara.

Baca Juga: Bukan Perbanyak Ibadah Saat Ramadhan, Kepala Sekolah MTs Cianjur Malah Tertangkap Pesta Narkoba

“Reaksi BPOM ini berkesan negatif. Serasa hendak menghambat dan mendiskreditkan Vaksin Nusantara. Apakah kesan ini benar?,” kata Luqman Hakim sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Twitter @LuqmanBeeNKRI, Kamis, 15 April 2021.

Luqman Hakim menuturkan bahwa dalam situasi perang dagang vaksin saat ini, seharusnya BPOM mendukung produksi vaksin buatan dalam negeri.

Bukan malah membanggakan produksi vaksin dari luar negeri.

Baca Juga: Rela Kerja dari Pagi ke Pagi Selama Ramadhan, Inul Daratista: Demi Penuhi THR dan Gaji Pegawai

“Dalam perang dagang antar produsen vaksin, harusnya kita support upaya-upaya anak bangsa untuk produksi vaksin sendiri,” ujarnya.

“Atau bangga jadi komprador alias antek asing?,” kata Luqman Hakim.

Sebelumnya, sejumlah anggota DPR menjadi relawan Vaksin Nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu, 14 Maret 2021.

Baca Juga: PDIP Bisa Hancur Jika Megawati Mundur, Arief Munandar: Wajar Ketika Dikelola Bak Perusahan Keluarga

Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPR RI Saleh Partaonan Daulay menjadi salah satu relawan uji klinis fase II Vaksin Nusantara tersebut.

Saleh mengungkapkan alasan dirinya ikut dalam relawan uji klinis fase II Vaksin Nusantara karena menilai vaksin tersebut efektif dalam rangka meningkatkan imunitas.

Dia mengaku telah berdiskusi dengan para peneliti vaksin Nusantara asal Indonesia maupun Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Gugat Petugas Penjara karena Dilarang Mengaji, Alexei Navalny: Mereka Tidak Memberikan Al Quran Saya

Dari diskusi tersebut, dia mendapatkan informasi bahwa vaksin tersebut sangat baik dan efektif dalam rangka meningkatkan imunitas.

Kemudian berdasarkan perbincangan dengan orang-orang yang pernah divaksin dengan Vaksin Nusantara, vaksin itu tidak memiliki efek samping dan efektivitasnya sangat baik.

“Setelah divaksin, mereka mengukur tingkat imunitas mereka. Terbukti, tingkat imunitas mereka naik cukup tinggi. Mereka lalu merekomendasikan vaksin ini kepada orang lain, termasuk kepada saya,” katanya dikutip dari Antara.

Baca Juga: Oknum Kepala Sekolah Madrasah di Cianjur Diciduk Polisi Saat Pesta Narkoba, Ditangkap Bersama Teman Wanitanya

Saleh mengatakan, Vaksin Nusantara sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia.

Namun perlu diketahui bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum memberikan izin Persetujuan Uji Klinik (PPUK) uji klinik fase II untuk Vaksin Nusantara karena ada beberapa syarat terkait kaidah ilmiah yang belum terpenuhi.

Adapun kaidah ilmiah itu antara lain cara uji klinik yang baik (Good Clinical Practical), Proof of Concept, Good Laboratory Practice dan cara pembuatan obat yang baik (Good Manufacturing Practice).***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Twitter ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah